Inilah Teknologi Alat Pendingin Alami Sejak Zaman Kuno

Inilah Teknologi Alat Pendingin Alami Sejak Zaman Kuno

November 30, 2014 1 Comment
Teknologi kuno apapun itu, kini mulai ditinggalkan bahkan dilupakan. Padahal, selama tak merusak lngkungan dan alami maka teknologi itu pastinya ramah lingkungan.

Termasuk cara pengawetan pangan dengan penciptaan alat yang dapat menurunkan suhu menjadi rendah secara alamiah, tanpa listrik dan tanpa freon.
Bukti konsep 'Evaporative Cooling' digunakan sejak ribuan tahun lalu

Ada beberapa bukti bahwa konsep Evaporative Cooling digunakan pada zaman Kerajaan Lama Mesir, sekitar 2500 SM. Terdapat lukisan dinding yang menggambarkan budak mengipasi botol air, yang akan meningkatkan aliran udara di sekitar guci berpori dan membantu penguapan dan pendinginan.

Bahkan dari peradaban sekitar 3.000 SM, ditemukan banyak pot gerabah di Lembah Indus yang diduga digunakan untuk menyimpan dan mendinginkan air yang sama untuk sebuah sajian pada Hari Ghara atau Matki yang digunakan di India dan Pakistan.

Jika di Indonesia gerabah ini sering kita sebut sebagai 'kendi' yang pada masa kuno berguna untuk menyimpan air minum agar menjadi lebih dingin.

Sementara di Spanyol populer disebut botijos, yaitu wadah tanah liat berpori yang juga mirip kendi, yang digunakan untuk menjaga serta mendinginkan air dan telah digunakan selama berabad-abad.
Konsep kuno dan nyaris dilupakan ini, kini menjadi trend kembali. Beberapa konsep cara mendinginkan pangan dengan menurunkan suhu ruangan diantaranya adalah:



Alat Pendingin "Coolgardie safe"

Kulkas ini awalnya populer di Australia dengan nama Coolgardie safe. Kulkas alami tanpa listrik ini, berasal dari kota Coolgardie di Australia. Ada sumber yang menyebutkan bahwa teknologi ini sudah ada sejak lama dan lazim digunakan pada zaman 'demam emas' dan wild west, sebagai cara mendinginkan makanan dan minuman tanpa listrik pada masa lalu.

Cara membuat coolgardie safe sangat sederhana, yaitu hanya membutuhkan kawat atau kayu atau bambu dan karung goni serta ember atau alat tampung air lainnya.

Caranya diawali dengan membuat rangka lemari dari kawat kemudian ditutupi karung goni yang menghubungkan ke ember berisi air sehingga dapat menyerap air. Jadi, ujung karung ini harus tercelup ke dalam air.

Maka karung goni ini lama-kelamaan akan basah dan akan menyerap udara panas yang dikeluarkan sayuran dengan konsep Evaporative Cooling atau mendinginkan dengan cara penguapan air, sehingga sayuran mampu bertahan hingga 1 minggu.

Langkah terakhir adalah menaruh coolgardie safe ditempat yang berangin. Angin akan membantu proses penguapan yang menyebabkan isi dari kulkas ini mengalami penurunan suhu dan menjadi dingin.



Alat Pendingin "Metode Pot in Pot"

Ada lagi teknologi kuno untuk mengawetkan pangan dengan menggunakan pasir juga. Disebut Pot in Pot atau "Pot di dalam pot" yaitu dengan menggunakan pasir yang dimasukkan diantara kedua pot yang ditumpuk dan pernah dikembangkan di beberapa negara pada masa lalu.

Alat ini sangat sederhana bahkan anda sendiri bisa membuatnya di rumah. Bahan yang dibutuhkan antara lain Dua Buah pot, satu berukuran besar dan satu berukuran kecil, pasir, kain dan air.


Pembuatan Kulkas Pasir sangat simpel, dengan mengisi pot besar atau guci dengan pasir setinggi 3 cm. Kemudian masukan pot kecil ke dalam pot yang telah diberi pasir dan padatkan pasir di sela-sela pot besar dan kecil itu. 
Panas dari luar pot akan menyebabkan air dalam sela-sela pasir menguap dan mengalir ke luar melalui pori-pori pot besar dan bersirkulasi dengan udara kering disekelilingnya. Pot akan mengeluarkan panas dan menurunkan suhu mencapai 15 derajat Celcius di dalam pot kecil.

Metode atau konsep pendinginan ala Pot in Pot ini sebenarnya sudah ada sejak zaman kuno, namun pertama kali diperkenalkan kembali oleh Mohammad Bah Abba dari Nigeria pada tahun 1990-an. Bah Abba mengembangkan sistem pendingin ini yang terdiri dari pot gerabah kecil ditempatkan di dalam yang lebih besar, dan ruang antara dua pot diisi dengan pasir.

Mohammad Bah Abba

Lalu pasir diantara kedua pot disiram air hingga lembab. Kemudian gerabah yang berada dibagian paling dalam layaknya sebagai kulkas dan dapat diisi buah, sayuran atau minuman ringan. Setelah itu pada bagian atas ditutupi dengan kain basah, kemudian barulah paling atasnya, ditutup dengan penutup gerabah.

Letakkan kulkas pot dari gerabah ini pada tempat yang teduh atau di dalam rumah. Untuk hasil terbaik pastikan kulkas berada ditempat yang berangin. Tunggulah sehari. Pastikan juga bahwa pasir jangan sampai kering, agar pasir selalu lembab siram pasir dengan air secara berkala.

Metode Evaporative Cooling ini efektif untuk daerah kering. Di Nigeria utara, pot gerabah telah digunakan sejak zaman kuno sebagai alat memasak dan penyimpanan air di kapal, di dalam peti mati atau lemari bahkan di dalam bank. Alat ini telah dipakai secara luas di Afrika sebagai teknik pengawetan makanan yang murah dan sederhana.

Sumber :
indocropcircles

Manjanggul Lava Tube, Lorong Lava Terbesar dan Termegah di Dunia

November 27, 2014 Add Comment
Pulau vulkanik Jeju, yang terletak 130 kilometer dari pantai selatan Semenanjung Korea, memiliki sistem lorong lava (lava tube) yang luas. Saluran-saluran alami dimana magma pernah mengalir tersebut sekarang menjadi gua kosong yang beberapa bagian menjadi lorong lava yang terbesar di dunia. Gua ini, selain memberikan kesempatan untuk penelitian ilmiah, juga adalah tujuan wisata populer.


Yang paling mengesankan adalah Sistem Lorong Lava Geomunoreum, yang dibentuk oleh aliran lava basaltik ketika gunung berapi Geomunoreum meletus sekitar 300-200 ribu tahun yang lalu.
Gunung berapi ini memiliki ketinggian 456 meter dan lava mengalir ke garis pantai yang jauhnya 13 km, dan ketika melakukan hal itu, menciptakan banyak lorong/tabung lava. 
Manjanggul Lava Tube merupakan gua terbesar dalam sistem ini. Lorong ini membentang sejauh 8.928 meter dan tingginya sampai 30 meter serta lebar 23 meter.

Bagian dalam lorong dihiasi dengan dekorasi karbonat multi-warna dan formasi yang umum ditemukan dalam tabung lava yang tak terhitung banyaknya. Diantaranya termasuk stalaktit dan stalagmit lava, kolom lava, batu alir lava, helictites dan blister lava, karang gua, benche, jembatan lava, rak lava dan striations. 
Pada ujung salah satu lorong lava yang terbuka bagi wisatawan, terdapat kolom lava besar yang terbentuk ketika sejumlah besar lava tumpah dari tingkat atas ke tingkat yang lebih rendah. Kolom lava yang sangat besar ini berdiri setinggi 7,6 meter dan merupakan kolom lava terbesar yang dikenal di dunia.

Kolom Lava di Lorong Manjanggul, Kolom Lava Terbesar di Dunia


Sekitar 30.000 kelelawar sayap lengkung (Miniopterus schreibersii) telah bersarang permanen di dalam lorong, membentuk koloni terbesar kelelawar yang diketahui hidup di Korea. 
Sekitar 38 jenis makhluk gua telah diidentifikasi dalam Sistem Lorong Lava Geomunoreum, dan yang paling umum adalah laba-laba gua Jeju (Nesticella quelpartensis).












Sumber :
versesofuniverse

Misteri Devil's Kettle yang Menelan Separuh Sungai

November 27, 2014 Add Comment
Devil's Kettle merupakan fenomena geologi membingungkan, terletak di dalam Judge C. R. Magney State Park di Minnesota, Amerika Serikat, sebelah utara Danau Superior.

Saat Sungai Brule mengalir melintasi taman, ketinggiannya turun 800 kaki dan menciptakan banyak air terjun dalam alirannya. Salah satu air terjun ini cukup istimewa. Sekitar 2,4 km sebelum sungai bermuara ke Danau Superior, sungai itu akan terbelah dua oleh tonjolan batu.

Bagian timur turun 50 kaki ke bawah dan terus menuju Danau Superior. Bagian barat jatuh 10 kaki ke dalam lubang raksasa yang dijuluki Ketel atau Ceret Setan (Devil's Kettle) dan menghilang.

Tidak ada yang tahu kemana air pergi. Diyakini harus ada jalur keluar di suatu tempat di bawah Danau Superior, tetapi itu tidak pernah ditemukan keberadaannya.

Selama bertahun-tahun, para peneliti telah menjatuhkan pewarna berwarna cerah, bola ping pong, dan benda-benda lainnya ke Ceret Setan. Sejauh ini, tidak ada yang pernah ditemukan.


Satu teori adalah bahwa sungai mengalir sepanjang sesar atau patahan (fault) di bawah tanah dan keluar di suatu tempat di bawah Danau Superior. Ini tidak mungkin, karena untuk hal ini terjadi, sesar itu harus tepat berorientasi pada danau, dan harus cukup besar untuk memungkinkan aliran separuh sungai.

Bahkan jika sesar tersebut memang ada, mungkin telah tersumbat oleh batu, pasir, kayu dan bahan lainnya yang selama bertahun-tahun jatuh ke ceret setan tersebut. Selain itu, tidak ada bukti adanya sesar di daerah tersebut.

Teori lain adalah jutaan tahun yang lalu sebuah lorong lava (lava tube) terbentuk ketika batuan mengeras. Masalah dengan teori ini adalah bahwa batu di air terjun ceret setan adalah riolit, dan lorong lava tidak pernah terbentuk di riolit. Lorong lava terbentuk di basalt yang mengalir menuruni lereng gunung berapi, dan lapisan basal terdekat dari ceret setan, terletak terlalu jauh di bawah tanah.

Keberadaan gua bawah tanah yang besar juga dikesampingkan karena gua bawah tanah terbentuk di batuan kapur, dan tidak ada batu kapur (limestone) di daerah tersebut.

Misteri ini diperparah oleh kenyataan tidak ada puing-puing yang tiba-tiba muncul mengambang di suatu tempat di di Danau Superior yang pernah dilaporkan.






Sumber :