"Ganja, 12.000 tahun menyuburkan peradaban manusia!"
Petikan kalimat yang selalu terngiang mengingat sandangan status hukum
ganja saat ini, berarti sudah 10.000 tahun kiprah ganja bersama manusia
sebelum peradaban modern mulai mencatat waktu masehi, dan kini sudah
mulai dilegalkan di beberapa negara-negara bahkan di beberapa negara
bagian Amerika, termasuk Washington dan Colorado.
Otak manusia sering disebut-sebut sebagai daerah terakhir yang paling
sulit untuk dijelajahi di seluruh alam semesta. Ketika hadiah nobel
diberikan kepada Camillo Golgi dan Ramon Cajal pada tahun 1906, umat
manusia masih jauh dari memahami bagaimana cara kerja sistem syaraf.
Nobel yang diberikan pun kontroversial karena kedua ilmuwan tadi masih
mengemukakan pendapat yang masing-masingnya berbeda tentang struktur
syaraf manusia.
Kedatangan mikroskop elektron pada dekade 1950-an baru memberi titik
terang dengan menguatkan pendapat Cajal dan rekannya Sherrington bahwa
sel syaraf adalah satuan kerja terkecil yang menyusun sistem syaraf
manusia.
Ganja Miliki Molekul Misterius "Endocannabinoid"
Hingga tahun 1990-an awal, seluruh ahli syaraf di dunia masih berpikir
bahwa sinyal pada otak manusia dewasa hanya bergerak dalam satu arah
saja, dari sel syaraf
pre-sinaptik ke sel syaraf
post-sinaptic.
Struktur Neuron
Namun penemuan di awal tahun 90-an oleh ilmuwan di Universitas Maryland
di Amerika dan Universitas Rene Descartes di Paris mengisyaratkan adanya
mekanisme baru dalam cara sel syaraf berkomunikasi dengan satu sama
lain.
Caranya, yaitu dari sel syaraf
pos-sinaptic kembali ke sel syaraf
pre-sinaptic dengan menggunakan jasa molekul "pembawa pesan" yang bernama
neurotransmitter, yaitu senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara neuron.
Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan bertepatan dengan datangnya potensial aksi.
Jalur kedua dalam arah komunikasi ini diberi nama DSI
(depolarization-induced suppression of inhibition) atau dikenal juga
dengan istilah
retrogade signalling. Selama ini komunikasi dua arah antara sel syaraf diketahui hanya terjadi saat sel saraf masih dalam taraf perkembangan.
Identitas molekul pembawa pesan ini menjadi misteri hingga akhirnya pada
tahun 2001, ilmuwan dari Universitas California, San Fransisco dan
ilmuwan dari Universitas Kanazawa, Jepang secara terpisah namun
bersamaan menemukan bahwa molekul anandamidedan molekul 2-AG yang
merupakan endocannabinoid sebagai molekul misterius ini.
Molekul endocannabinoid merupakan molekul pembawa pesan yang khusus menempel pada reseptor cannabinoid.
Reseptor cannabinoid sendiri merupakan salah satu reseptor jenis
G-protein terbanyak di otak, reseptor ini ditemukan dengan kepadatan
tinggi di bagian-bagian seperti korteks cerebral, hipokampus,
hipotalamus, otak kecil (cerebellum), basal ganglia, batang otak, tulang
belakang dan amygdala.
Istilah 'cannabinoid' sendiri berasal dari tanaman ganja atau 'Cannabis'
yang menghasilkan berbagai molekul aktif (sampai saat ini baru
diketahui 60 jenis molekul) yang disebut fitocannabinoid ataucannabinoid
dari tanaman.
Tanaman ganja adalah satu-satunya spesies tanaman yang diketahui sampai
saat ini menghasilkan molekul cannabinoid, keberadaan reseptor
cannabinoid yang melimpah di berbagai bagian otak manusia membuat efek
ganja begitu kompleks pada kesadaran manusia.
Tanaman Obat Legendaris di Dunia
Ganja sudah dikenal sebagai tanaman obat dan pemulih kesehatan sejak
ribuan tahun yang lampau. Sebelum Raphael Mechoulam yang merupakan
ilmuwan dari Israel menemukan bahwa otak manusia juga menghasilkan
molekul yang sama persis fungsinya dengan molekul cannabinoid dari
tanaman ganja, ganja telah menjadi tanaman obat-obatan yang paling
legendaris di dunia.
Ganja pernah disebut sebagai tanaman obat dengan kegunaan terbanyak di
dunia (Christian Rätsch, 2001). Catatan mengenai ganja dalam sejarah
muncul pertama kali dalam kitab pengobatan tertua di dunia,
Pen' Tsao Ching yang berasal dari Cina.
Kitab ini merupakan kumpulan dari catatan-catatan yang dibuat oleh kaisar Shen Nung yang hidup pada masa 2900 SM.
Ganja juga disebut sebagai satu dari lima tanaman suci dalam Atharva
Veda, salah satu kitab suci umat Hindu (Aldrich, 1977), sementara di
Persia ganja disebut dalam kitab Zend-Avesta pada urutan pertama dari
10.000 jenis tanaman berkhasiat obat.
Sejak Dulu Ganja Adalah Tanaman Obat
Sejarah yang panjang dari khasiat tanaman ganja bukan hanya isapan
jempol dari masa lampau. Ilmuwan di seluruh dunia saat ini mulai
menemukan betapa pentingnya peranan reseptor cannabinoid dan molekul
endocannabinoid dalam tubuh manusia.
1. Cannabinoid berperan pada sistem reproduksi (Park, McPartland & Glass, 2003)
2. Pemulihan stress dan menjaga keseimbangan dalam tubuh (Di Marzo V, Melck D, Bisogno T, De Petrocellis L, 1998)
3. Perlindungan sel syaraf (Panikashvili D, Mechoulam R, Beni SM, Alexandrovich A, Shohami E, 2005)
4. Reaksi terhadap stimulus rasa sakit (Cravatt BF, Lichtman AH, 2004)
5. Regulasi aktifitas motorik (Van der Stelt M, Di Marzo V, 2003)
6. Mengontrol fase-fase tertentu pada pemrosesan memori (Wotjak CT, 2005)
7. Berperan dalam modulasi respon kekebalan dan imunitas tubuh (Klein
TW, Newton C, Larsen K, Lu L, Perkins I, Nong L, Friedman H, 2003; Massa
F, Marsicano G, Hermann H, Cannich A, Monory K, Cravatt BF, Ferri GL,
Sibaev A, Storr M, Lutz B, 2004)
8. Berpengaruh dalam sistem kardiovaskular dan pernafasan dengan
mengatur detak jantung, tekanan darah dan fungsi saluran pernafasan
(Mendizabal VE, Adler-Graschinsky E, 2003)
Sifat Melupakan
Dalam mekanisme pemrosesan informasi dalam otak manusia, cannabinoid dan
endocannabinoid diketahui memainkan peranan yang sangat penting.
Ketika ditemukan bahwa jalur baru pengiriman sinyal dalam otak ini juga
terjadi pada otak manusia dewasa, implikasinya memicu banyak penemuan
baru di dunia neurosains.
Endocannabinoid kemudian diketahui berperan dalam proses
long-term potentiation atau penguatan sinaps antar sel syaraf, sebuah proses yang penting dalam menyimpan informasi baru yang diterima oleh otak.
Pada tahun 2003, Giovanni Marsicano dari Institut Psikiatri Max Planck
di Munich menemukan satu lagi peran penting molekul endocannabinoid dan
reseptornya dalam salah satu proses kognitif paling penting pada otak
mamalia, yaitu proses melupakan.
Giovanni menemukan bahwa tikus-tikus percobaannya yang kekurangan
reseptor cannabinoid (CB1) lebih sulit melupakan rasa takut dan sakit
yang muncul dari stimulus kejutan listrik yang dipasangkan dengan
stimulus suara dibandingkan dengan tikus-tikus dengan jumlah reseptor
CB1 yang normal.
Walaupun stimulus suara sudah tidak lagi dipasangkan dengan stimulus
listrik, tikus-tikus yang kekurangan reseptor CB1 tetap menampilkan rasa
takut dan rasa sakit walau hanya diberi stimulus suara. Melupakan
ternyata merupakan proses kognitif yang sangat penting pada otak
manusia.
Abnormalitas jumlah reseptor CB1 atau produksi molekul endocannabinoid
telah menjadi hipotesis banyak ilmuwan sebagai penyebab atau faktor
penting yang berpengaruh dalam kondisi-kondisi seperti stress paska
trauma, fobia dan rasa sakit yang kronis.
The Hash, Marihuana & Hemp Museum
berlokasi di De Wallen, Amsterdam, Netherlands.
Lebih penting lagi, melupakan, juga merupakan proses yang vital ketika
seseorang ingin mengingat sesuatu karena otak manusia sebenarnya
menyerap semua informasi dan stimulus yang diterima lewat indera.
Tanpa mekanisme melupakan, atau gangguan pada prosesnya, manusia akan
kesulitan mengingat sesuatu karena tidak tahu mana yang harus diingat
dari begitu banyaknya informasi dan stimulus yang masuk ke otak.
Demikianlah sedikit cerita mengenai molekul pembawa pesan bernama
'Endocannabinoid' yang ternyata juga dihasilkan oleh hanya satu spesies
tanaman di muka bumi, yaitu ganja.
Tanaman yang sepanjang sejarah telah menjadi zat terlarang yang paling
banyak dikonsumsi oleh manusia di seluruh dunia sampai saat ini dimana
jumlah pemakainya justru merupakan terbanyak sepanjang zaman. (Global
Cannabis Regulation Model, 2004).
Memacu Kreatifitas
Relative size of varieties of Cannabis
Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit
tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya
lonjakan kreativitas dalam berpikir serta dalam berkarya (terutama pada
para seniman dan musisi).
Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreativitas), juga dipengaruhi oleh jenis ganja yang digunakan.
Salah satu jenis ganja yang dianggap membantu kreativitas adalah hasil
silangan modern "Cannabis indica" yang berasal dari India dengan
"Cannabis sativa" dari Barat. Jenis ganja silangan inilah yang tumbuh di
Indonesia.
Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu. Segolongan
tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas,
sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir
kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan
methamphetamine).
Tidak Menyebabkan Kematian
Ganja, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian
maupun kecanduan jika digunakan sesuai dosis dan kebutuhan. Bahkan, di
masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa, di mana hampir semua
unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Belum pernah ada penderita dan manusia yang mati
akibat efek langsung dari ganja
Dalam penelitian ilmiah dengan metode
systematic review yang membandingkan efektifitas ganja sebagai obat
antiemetic, didapatkan
hasil ganja memang efektif sebagai obat antiemetic dibanding
prochlorperazine, metoclopramide, chlorpromazine, thiethyl perazine,
haloperidol, domperidone, atau alizapride.
Tetapi pengunaannya sangat dibatasi dosisnya, karena sejumlah pasien
mengalami gejala efek psikotropika dari ganja yang sangat berbahaya
seperti pusing, depresi, halusinasi, paranoia, dan juga arterial
hypotension
Pemanfaatan Ganja Menjadi Illegal (Dilarang)
Tumbuhan ganja telah dikenal manusia sejak lama dan digunakan sebagai
bahan pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya kuat. Biji ganja
juga digunakan sebagai sumber minyak.
Namun demikian, karena ganja juga dikenal sebagai sumber narkotika dan
kegunaan ini lebih bernilai ekonomi, orang lebih banyak menanam untuk
hal ini dan di banyak tempat disalahgunakan.
Di sejumlah negara penanaman ganja sepenuhnya dilarang. Di beberapa
negara lain, penanaman ganja diperbolehkan untuk kepentingan pemanfaatan
seratnya. Syaratnya adalah varietas yang ditanam harus mengandung bahan
narkotika yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali.
Sebelum ada larangan ketat terhadap penanaman ganja, di Aceh daun ganja menjadi komponen sayur dan umum disajikan.
Semenjak manusia mulai mencatatkan segala sesuatu sebagai sejarah, ganja
tidak hanya legal dalam status hukum, tetapi juga tingkat pemanfaatan
yang sangat besar dalam hampir segala aspek menunjukkan betapa tumbuhan
ini pernah sangat penting fungsinya dalam kehidupan.
Ganja sebagai tumbuhan multi-fungsi juga bukanlah temuan baru mengingat ribuan tahun bukanlah waktu yang singkat.
Faktanya, status ilegal ganjalah yang lebih pantas mendapat julukan
'bau kencur', mengingat presentasi kurun waktu pelarangan tidak sampai 1% dari total masa pemanfaatan yang sudah ribuan tahun.
Ganja secara utuh telah dimanfaatkan sejak lama untuk berbagai kebutuhan
seperti kain sebagai sandang, tepung dan minyak untuk pangan, temali
dan lainnya untuk industri, sampai pemanfaatan bunga untuk medis hingga
kebutuhan spiritual keagamaan.
Cannabis Benefits
Sejarah juga menyatakan bahwa ganja adalah tumbuhan tertua yang manusia gunakan untuk kebutuhan sandang (setelah kulit hewan).
Fakta-fakta seperti ini dan informasi belakangan sedikit memberikan
kebingungan publik setelah pada awal abad ke-16 Amerika memperkenalkan
tumbuhan ini beserta himbauan untuk memanfaatkannya secara massal, dan
kemudian menuai kontroversi perihal penggunaannya untuk rekreasional di
awal abad 19.
Undang-undang awal yang mengatur hal-hal terkait ganja tercatat di
Amerika pada tahun 1619. Undang-undang tersebut terutama mengatur dan
menghimbau para petaninya untuk serentak menanam ganja. Hukum terkait
terus berkembang dalam periode 200 tahun setelah itu dan terkesan lebih
mengharuskan penanaman besar-besaran.
Seperti tercatat pada tahun 1763-1767 di Virginia, siapapun bisa terkena
hukuman pidana dan dipenjarakan untuk tidak menanam ganja.
Ya, pernah sepenting itu tumbuhan ganja untuk sebuah peradaban, sampai
pada akhirnya diawal abad 19 semua tentang ganja seolah terdiskriminasi.
Secara lebih terperinci, semua berawal ketika terbukanya celah di bidang pertanian, khususnya dibagian barat Amerika.
Ketika itu tercatat awal tahun 1900-an, ketika pecahnya revolusi Meksiko
dan banyak masuknya warga Meksiko ke Amerika, yang secara tidak
langsung menimbulkan perang dingin antara petani kecil dan penguasa
ladang-ladang besar (yang tak lagi memakai jasa petani lokal dan
mengganti mereka dengan buruh Meksiko berupah jauh lebih rendah).
Memanfaatkan kebiasaan buruh-buruh Meksiko dalam mengkonsumsi ganja
sebagai bahan rekreasi, pihak-pihak berkepentingan pertama kali
mengkambing-hitamkan ganja sebagai sesuatu yang buruk.
Hal ini kontan diikuti oleh pelarangan di beberapa kota di Amerika,
seperti di Wyoming (1915), Texas (1919), Iowa, Nevada, Oregon,
Washington, and Arkansas (1923), and Nebraska (1927).
Sebesar itu juga ternyata ketakutan para konspirator terhadap ganja
sampai sering terdengar di tahun 1927 kata-kata seperti yang terucap
dari senator Texas
"All Mexicans are crazy, and this stuff (ganja) is what makes them crazy".
Di bagian timur Amerika, diskriminasi terhadap ganja pun kian terasa
dengan nuansa yang berbeda. Masalah seolah dibuat-buat dan ditujukan
kepada kombinasi
'Latin Americans' dengan
'Black jazz musicians'.
Ganja dan musik jazz datang dari New Orleans ke Chicago, kemudian
merambah ke Harlem dimana ganja menjadi bagian tak terpisahkan dengan
hits-hits kulit hitam (Louis Armstrong "Muggles", "That Funny Reefer
Man" Cab calloways, Fats Waller Viper's Drag).
Sekali lagi diskriminasi terhadap ganja sangat pekat tercium bersamaan
dengan rasisme terhadap kulit hitam. Seperti tertulis dalam sebuah koran
tahun 1934:
"Marijuana influences Negroes to look at white people in the eye, step on white men's shadows and look at a white woman twice".
Begitulah kurang lebih deretan peristiwa yang secara tidak langsung
menjadi dasar pelarangan ganja di Amerika. Setelah sebelumnya tahun 1914
pemerintah federal Amerika meloloskan 'The Harrison Act'
undang-undang/tax untuk opium dan kokain.
Harry J. Anslinger
Dalam Harrison Act ini, segala bentuk penggunaan opium dan kokain
dikenakan tax untuk legalitas, sementara para pelanggar tax mendapatkan
hukuman denda atau penjara. Hingga akhirnya terlahir The Federal Bureau
of Narcotics pada tahun 1930 dibawah kuasa Harry J. Anslinger.
Disinilah, perang terhadap ganja resmi diawali.
Harry J. Anslinger, sosok picik penuh ambisi yang meng-otaki berdirinya
divisi baru di bawah Department of Treasury, dan memanfaatkan badan
federal ini sebagai peluang karir pribadi.
Sebuah badan pemerintah dengan kuasa penuh menangani segala bentuk
narkotika, dan berwewenang menyuguhkan solusi atas segala masalah yang
bisa ditetapkan seenaknya sendiri.
Tak membutuhkan waktu lama, Anslinger pun menyadari bahwa opium dan
kokain saja tidaklah cukup dijadikan ajang mempercepat perkembangan
badan yang dikepalainya, sehingga ganja merupakan bulan-bulanan tepat
bagi Anslinger.
"Segala upaya Harry J. Anslinger
dicurahkan untuk secepat mungkin menjadikan ganja sebagai sesuatu yang
lebih buruk dari opium dan memberikan gelar ilegal atasnya."
Tak lepas dari perhatiannya, fenomena rasisme dan kekerasan serta merta
disangkut-pautkan dengan tumbuhan ini untuk mendapatkan perhatian
bangsanya atas rekayasa-rekayasa yang dbuatnya sendiri.
Berikut beberapa rekayasa dalam kata, karya Anslinger yang mencerminkan
sangat besarnya kebencian dia dan sekutu-sekutunya terhadap ganja:
"… the primary reason to outlaw marijuana is its effect on the degenerate races."
"Marijuana is an addictive drug which produces in its users insanity, criminality, and death."
"Reefer makes darkies think they're as good as white man."
"Marijuana leads to pacifism and communist brainwashing."
"You smoke a joint and you're likely to kill your brother."
"Marijuana is the most violence-causing drug in the history of mankind."
Ya, sebesar kebohongan-kebohongan itu pula kebencian Anslinger terhadap ganja yang tak henti-hentinya dia gembar-gemborkan.
Kampanye mengkambinghitamkan ganja oleh Anslinger ini serta merta
mendapatkan segala dukungan yang diperlukan dari pihak-pihak yang tak
kalah kuat dari FBN. Seperti salah satu bantuan yang datang dari William
Randolf Hearst, penguasa media cetak saat itu. Hearst memiliki segudang
alasan untuk membanatu Anslinger dalam kampenye anti ganjanya.
Pertama, dia sangat membenci orang-orang Meksiko. Kedua, membuat berita
berisi kebohongan terkait warga meksiko dan ganja 'The devil' sebagai
sumber malapetaka membuat koran-korannya laris, dan membuatnya tetap
kaya raya.
Utamanya, dia telah sejak lama berinvestasi besaar-besaran dalam kayu
hutan untuk industri kertas dan media cetaknya, dan tidak ingin melihat
perkembangan industri kertas dari serat ganja sebagai kompetitornya.
Berita-berita miring tersebut tercetak tanpa bukti dan sumber yang kuat,
dan senantiasa tercetak di halaman utama dalam periode yang lama.
Seolah membenarkan pribahasa "The more the merrier", Anslinger dan
Hearst juga serta merta mendapatkan dukungan dari pihak raksasa lain,
kali ini datang dari rajanya industri kimia Dupont. Selain juga dukungan
dari perusahaan-perusahaan farmasi yang tak kalah berkuasa.
Cannabis sativa from Vienna Dioscurides, 512 AD
Dupont, pada saat itu baru saja mempatenkan nylon, dan kerakusan membuat
mereka menutup segala kemungkinan ganja menjadi saingan. Sama halnya
dengan industri-industri farmasi, mereka tidak mau juga pasarnya menanam
obat-obatan sendiri dan berhenti membeli produk mereka.
Akhirnya, semua konspirasi di atas berujung kerucut kepada akar semua
pelarangan ganja yang berkedok "The Marijuana Tax Act of 1937", yang
telah secara terencana dipersiapkan oleh konspirasi Anslinger dan
kawan-kawan.
Dari sini jugalah nama besar Ganja/Cannabis/Hemp seolah dilupakan dan
ditiadakan, untuk sebuah julukan baru penuh cela, Marijuana.
Segala bentuk pemanfaatan tumbuhan ganja (secara utuh) yang dulu pernah
sangat disarankan seolah tak pernah terjadi di bawah kungkungan julukan
barunya, Marijuana. Sampai detik ini.
Hari-Hari Terakhir Ganja Bergelar Legal
Peristiwa besar apa kiranya yang membuat jangka waktu selama itu seolah
tak pernah terjadi? Sejak kapan pula ganja menyandang status hukum
ilegal?
Bersumber dari buku "The Emperor Wears No Clothes" karya mendiang Jack Herer, tertulislah tulisan rangkum berikut ini:
Berawal dari konspirasi raksasa-raksasa industri Amerika di akhir abad
19, gejala intimidasi terhadap ganja mulai tercium ketika Dupont (salah
satu raksasa industri saat itu), memonopoli industri bahan peledak
berbahan 'Hemp Hurds' dengan cara membeli dan mengkonsolidasikan
beberapa perusahaan kecil yang sedang berkembang. Usaha ini mereka
lakukan setelah menyadari potensi ganja dan pasarnya, bahkan dalam
industri dinamit.
Hasilnya, Dupont pun berjaya di industri ini dan menjadi perusahaan
terbesar yang memasok 40% stock amunisi kepada sekutu-sekutunya saat
perang dunia pertama.
Hal ini juga lantas mengisi berita di Popular Mechanics '38 yang
menyatakan "Thousands of tons of hemp hurds are used every year by one
large powder company for the manufacture of dynamite and TNT."
Mykayla sembuh dari kanker karena ganja
Tidak berhenti di situ, pada akhir tahun 1920, Dupont melanjutkan
konsolidasi ke arah pemerintah federal Amerika dan berhasil menguasai
sebagian besar industri textile dalam negeri.
Berawal dari monopoli ini, para peneliti dan ahli kimia Dupont menemukan
potensi kandungan selulosa ganja sesungguhnya jauh di atas pengetahuan
umum sebelumnya.
Pada saat itu tidak ada yang lebih paham dari para peneliti Dupont,
bahwa 77% bagian pohon ganja adalah sumber selulosa (bahan kertas,
plastik, rayon) alami terbaik.
Tak heran jika pada pertengahan tahun 1930, ditemukannya teknologi
mekanik baru pemisah serat ganja dan mesin pemisah selulosa dengan harga
terjangkau oleh petani/industri kecil ganja membuat Dupont serta
raksasa industri lainnya kebakaran jenggot.
Terlebih pada saat yang sama di tahun 1937, Dupont baru saja mematenkan
proses produksi plastik berbahan minyak bumi dan batubara sebagai bisnis
mereka. Juga industri sulfat kimia baru untuk memproses pembuatan
kertas dari kayu hutan.
Kemajuan industri-industri kecil ganja ini sangat mungkin merugikan 80%
bisnis kertas, plastik sintetis, dan minyak bumi raksasa-raksasa ini.
Bukan hanya Dupont yang merasakan pentingnya ganja dieliminasi dari
lahan industri mereka, Andrew Mellon dari The Mellon Bank of Pittsburgh
sebagai banker di belakang Dupont dan William Randolph Hearst dari
Hearst Paper Manufacturing merasakan ketakutan yang sama.
Ganja dapat dibuat menjadi bahan bakar kendaraan bermotor.
Terlebih Randolph Hearst, yang sebenarnya menyadari ancaman dari ganja
terhadap industri kertasnya lebih awal. Selain pabrik kertas dari kayu,
Hearst, yang juga mengepalai perusahaan percetakan dan penerbit koran
sudah melakukan intimidasi terhadap ganja sejak 1898. Dimulai setelah
ditemukannya 800.000 hektar ladang ganja di area hutan kayu miliknya di
Meksiko.
Nyaris 3 dekade setelahnya, Hearst menjadikan ganja sebagai kambing hitam di setiap halaman utama korannya.
Salah satu contohnya adalah, ketika Hearst mengklaim bahwa hampir
seluruh kekerasan, perkosaan oleh kulit hitam terhadap kulit putih
dilatarbelakangi oleh ganja. Hasilnya, ratusan ribu kulit hitam dan
orang-orang meksiko dipenjara karena isu ini.
Korannya jugalah yang mempopulerkan kata 'Marijuana' sebagai kutukan
terhadap ganja melalui pengulangan-pengulangan berjangka panjang di
setiap halaman utamanya, sehingga berhasil menghapuskan kata 'Hemp' dan
nama ilmiah asli ganja 'Cannabis'.
Berdasarkan ketakutan terhadap ancaman serupa inilah akhirnya diadakan
pertemuan rahasia pertama oleh para 'mandor' industri dan
banker-bankernya tahun 1931 untuk menyatukan kekuatan melawan ganja,
"The environmentally-sane natural source". Pertemuan ini dihadiri oleh
Dupont, Hearst, dan Andrew Mellon yang saat itu memiliki kuasa di
pemerintahan federal (Secretary of The Treasury).
Hasil dari konsolidasi antara para raksasa ini adalah diangkatnya Harry
J. Anslinger (keponakan ipar Andrew Mellon) sebagai kepala Federal
Bureau of Narcotic and Dangerous Drug (FBNDD) yang pada saat itu
mendadak dibentuk.
Semenjak saat itu sampai 1937, banyak pertemuan rahasia dilakukan
terkait rancangan undang-undang untuk ganja, sampai akhirnya 'Marijuana
Tax Act' diresmikan pemerintah Amerika pada tanggal 2 Agustus 1937.
Dalam masa jabatannya ini (31 tahun), Anslinger sangat gencar
menyebarkan propaganda buruk tentang ganja atas nama marijuana (Harry
Anslinger’s Personal Gore Files).
Banyak pihak-pihak independent seperti ilmuan-ilmuan universitas
membantah tudingan-tudingan buruk Anslinger yang tidak beralasan.
Alhasil, undang-undang baru yang melarang segala penelitian tentang
ganja (tanpa seijin pribadi Anslinger) dikeluarkan sebagai reaksi
sangkalan-sangkalan itu.
Semakin dalam terkubur sejak saat itu nama Cannabis atau Hemp dibawah
julukan barunya yang penuh cemar, Marijuana. Dan terus berlanjut hingga
kini sandangan hukum ganja semenjak diberlakukannya Marijuana Tax Act
1937.
Begitulah kiranya rangkuman hari-hari terakhir ganja bergelar LEGAL.
Legalisasi Ganja Bisa Untuk Eksperimen Kualitas Kesehatan
Selama ini di berbagai negara terjadi perdebatan mengenai legalisasi
ganja. Banyak kekhawatiran tentang efek negatif ganja, tapi di sisi lain
banyak yang menyatakan ganja baik bagi kesehatan.
Para ahli mengatakan, ada beberapa dampak negatif saat ganja digunakan
untuk kesenangan atau non-medis. Namun kekhawatiran itu dianggap tak
memiliki cukup bukti.
Terlepas dari segala macam perdebatan, para ahli menilai legalisasi
ganja di Colorado dan Washington di Amerika Serikat bisa digunakan untuk
eksperimen mengenai kualitas kesehatan masyarakat. Dengan demikian para
peneliti bisa mengumpulkan informasi akan kerugian atau manfaat dari
diberlakukannya legalisasi ganja di AS.
Undang-undang legalisasi ganja itu sudah disahkan di dua negara bagian
tersebut. Dengan aturan ini, orang dewasa berusia di atas 21 tahun bisa
memiliki dan membeli ganja seberat 1 ons untuk kesenangan atau fungsi
non-medis.
Sebenarnya, hingga sekarang belum banyak penelitian dari topik kerugian
atau manfaat dari legalisasi ganja. Bahkan ini berlaku juga di
negara-negara yang sudah melegalkan ganja.
Sejumlah pembeli
memadati meja konter untuk membeli berbagai macam produk berbahan ganja
yang dijual di toko penjulan ganja legal Medicine Man di Denver,
Colorado (1/1/14). (AP Photo/Brennan Linsley)
"Ini adalah pertanyaan empiris, dan akhirnya kita akan memiliki data
untuk menilai itu," kata Rosalie Liccardo Pacula, Wakil Direktur
Research Center Drug Policy, di RAND Corporation, dilansir dari
Livescience.
Menurut Pacula, legalisasi ganja berpotensi memiliki dampak negatif.
Ganja disebut Pacula bisa merusak memori, koordinasi, dan persepsi, dan
dapat mempengaruhi kemampuan mengemudi. Ini tentu membahayakan
keselamatan publik.
Beberapa studi juga telah mengungkap, mengemudi setelah beberapa jam
menggunakan ganja berpotensi menyebabkan kecelakaan hingga dua kali
lipat. Penelitian ini dilakukan oleh Guosha Li, epidemiologist di
Columbia University Mailman School of Public Health, yang melakukan
penelitian penggunaan ganja saat mengemudi.
Penggunaan ganja dalam waktu lama juga dapat meningkatkan risiko
kerusakan mental. Baru-baru ini ada studi yang menemukan hubungan antara
penggunaan ganja di masa remaja, akan berdampak terhadap IQ yang rendah
di masa depan.
Meski begitu, banyak juga ilmuwan yang mengatakan ganja memiliki dampak
positif bagi kesehatan. Itu sebabnya ganja masih bisa digunakan untuk
kepentingan medis di sejumlah negara atau negara bagian yang belum
memberlakukan legalisasi ganja.
Misalnya saja, mengutip laman Bussiness Insider, psikiater Tod H
Mikuriya telah berikan rekomendasi kepada pasiennya untuk terapi
menggunakan ganja sejak tahun 1960an.
Menurut Mikuriya, lebih dari 200 penyakit bisa diatasi dengan terapi
ganja. Di antaranya adalah insomnia, gagap, danpremenstrual syndrome
(PMS) bahkan penyakit kanker.
Bahkan National Cancer Institute sependapat dengan Mikuriya. Lembaga itu
mengatakan ganja bisa digunakan untuk mengatasi efek samping dari
kemoterapi, mencegah nausea (mual) dan muntah, meningkatkan nafsu makan,
mengurangi rasa sakit, dan meningkatkan kualitas tidur.
Bussiness Insider pun menyebut manfaat lain ganja bagi kesehatan. Di
antaranya adalah mencegah kebutaan akibat glukoma, mengendalikan
penyakit epilepsi, dan mengurangi rasa cemas berlebihan.
Adapun zat kimia cannabidiol di ganja dianggap bisa mencegah penyebaran
kanker, dan zat aktif THC bisa mengurangi dampak penyakit Alzheimer.
Menurut Pacula berbagai studi yang mempelajari efek negatif dari ganja
itu dilakukan pada populasi tertentu. Obyek penelitian seringkali
merupakan orang-orang yang cenderung menggunakan obat-obat terlarang,
dan bukan populasi secara keseluruhan.
Ia menambahkan, efek yang dihasilkan pada kesehatan masyarakat
tergantung seberapa sering menggunakan ganja. Faktor lain yang patut
dipertimbangkan untuk jadi variabel penelitian adalah penggunaan yang
dilakukan secara bersamaan dengan alkohol (yang berpotensi meningkatkan
kerusakan), potensi obat-obatan terlarang lain, dan jumlah remaja yang
menggunakan.
Pacula pun beralasan, sangat masuk akal jika UU legalisasi ganja akan
meningkatkan penggunaan ganja oleh remaja, meski belum jelas seberapa
besar peningkatan itu.
Legalisasi ganja juga dapat memiliki dampak jatuhnya harga obat-obatan
terlarang. Ini tentu berpotensi meningkatkan penggunaan obat-obatan
terlarang, terutama di kalangan remaja.
Variabel lain yang belum diketahui adalah potensi obat-obatan terlarang
lain untuk digunakan dalam fungsi non-medis. Potensi ini dapat
bermacam-macam, dan potensi yang paling berbahaya adalah kerusakan
mental.
"Ketika kita memiliki banyak pengetahuan tentang itu, maka akan bisa
diketahui apakah tingkat kesehatan masyarakat itu akan bertambah baik
atau makin berkurang," ucap Pacula. (adi/vivanews)
Ganja untuk pengobatan telah legal di 18 Negara Bagian di Amerika Serikat, termasuk Washington DC dan Colorado.
Kepemilikan mariyuana akan dilegalkan di negara bagian Washington, satu bulan setelah para pemilih mengambil opsi tersebut.
Mulai Kamis (6/12/2012) tengah malam waktu Pantai Barat AS (15.00 WIB),
siapa saja yang berusia 21 tahun ke atas dapat membawa hingga 28,4 gram
cannabis, meskipun menghisapnya di muka umum tetap merupakan pelanggaran
hukum.
Ganja sudah dinyatakan legal untuk keperluan medis di negara itu sejak 1998.
Washington dan Colorado memilih untuk melegalkan mariyuana, meski hukum
federal AS tetap menyatakan hal itu sebagai kejahatan. Namun, tidak ada
tempat untuk membeli mariyuana di negara bagian itu selama satu tahun.
Hingga saat ini juga masih belum jelas bagaimana aparat akan menangani liberalisasi UU Narkotika di Washington dan Colorado.
Meski hukum AS secara keseluruhan masih melarang penggunaan ganja,
banyak yang menggelar pesta ganja. Ratusan orang berkumpul pada tengah
malam di Space Needle, menara futuristik yang mendominasi langit malam.
Mereka merayakan 'kemerdekaan' baru ini.
"Akhirnya anda bisa merokok ganja tanpa berpikir hal tersebut tindakan
kriminal. Tak ada bedanya seperti minum bir, tak lagi dikatakan
berbahaya," ujar seorang perokok ganja, Calvin Lee.
Hal ini menyusul referendum pada 6 November lalu untuk melegalkan konsumsi ganja pribadi untuk tujuan rekreasi.
Federal
Setiap keputusan untuk menyerang negara bagian dengan hukum narkotika
liberal dapat mempengaruhi rencana Washington untuk menaikkan pendapatan
pajak dari pasar mariyuana yang berlisensi dan terkontrol. "Kami berada
di lautan bebas," kata Jaksa Wilayah Seattle City Pete Holmes dalam
sebuah konferensi pers, Rabu.
"Kami berjuang dengan larangan ini selama satu abad," kata Holmes menurut Seattle Post-Intelligencer.
"Akan butuh waktu untuk menggantikan sistem yang teratur dan berlisensi."
Pendukung undang-undang Washington bersikeras mereka tidak menyarankan
atau mensyaratkan siapa pun untuk melanggar hukum federal.
Namun, seorang jaksa federal regional di negara bagian itu, Jenny
Durkan, mengatakan pada Post-Intelligencer bahwa, "Menanam, menjual,
atau memiliki mariyuana dalam jumlah berapa pun tetap ilegal di bawah
hukum federal," tanpa mempedulikan hukum negara bagian apa yang
diterapkan di Washington.
Mariyuana masih berada di kategori sama dengan kokain, heroin, dan
methamphetamine, kata Durkan, yang menambahkan bahwa hanya Kongres yang
dapat mengubah peruntukannya. (BBC Indonesia / Egidius Patnistik /
Kompas)
Pemerintah Uruguay Mulai Jualan Ganja
Para penghisap ganja di Uruguay sekarang tidak perlu lagi
sembunyi-sembunyi menghisap ganja. Pasalnya, pemerintah negara itu telah
melegalkan ganja dan bahkan memproduksinya untuk dikonsumsi rakyatnya
pada bulan Oktober 2012 lalu.
Diberitakan Daily Mail, pemerintah Uruguay akan memasok ganja untuk
para pengguna dan hal ini diatur dalam hukum negara tersebut. Dalam
peraturan baru, ganja akan diatur peredarannya dan dibatasi
penggunaannya oleh pemerintah.
Untuk setiap paketnya seberat 40 gram, atau bisa dibuat 20 batang rokok
ganja, Uruguay mematok harga sekitar Rp.332 ribu. Para pembeli hanya
boleh membeli satu paket setiap bulannya.
Mereka akan ditandai dengan kartu barcode yang akan diserahkan setiap
membeli. Jadi setiap bulan, rakyat boleh membeli maksimal 20 batang
ganja.
Untuk memenuhi permintaan para pemadat, pemerintahan Presiden Uruguay
Jose Mujica juga berencana menggarap perkebunan ganja seluas 150 hektar.
Selain itu, pemerintah juga akan menerapkan standar kualitas agar ganja
yang dijual tidak murahan. (vivanews /Daily Mail / dan berbagai sumber
luar dan dalam negeri).
Kesimpulannya:
Segala sesuatu diciptakan Tuhan
pastilah ada maksud dan tujuannya. Tidak pernah ada yang sia-sia dan
kita pasti dapat mengambil manfaat darinya.
Wajib
kalian ingat dan pahami, segala sesuatu yang berlebihan pastilah
menjadi tidak baik hasilnya, dan Tuhan tidak suka segala sesuatu yang
berlebihan.
Daftar pustaka:
- Nicoll, Roger A., Alger, Bradley E. 2004. Brain’s Own Marijuana. Scientific American.
- Purves, Dale. 2004. Neuroscience 3rd Edition.
- Sinauer Associates, Inc. USA.
- Riedel, Gernot & Platt, Bettina. 2004. From Messengers to Molecules: Memories Are Made of These.
- Eurekah.com & Kluwer Academic/Plenum Publishers.
- Ancient Marijuana History
- Cannabis, Hemp, Marijuana Timeline History
-
ruangpsikologi
-
indocropcircles