Biosentrisme, Hidup Setelah Mati Versi Ilmiah

February 28, 2015 Add Comment
Dalam dunia sains, mahluk hidup memiliki siklus lahir, hidup, lalu musnah (mati). Sementara pandangan ada kehidupan setelah mati hanya ada dalam doktrin agama. Pada akhirnya, apa yang tertulis dalam kitab-kitab suci mulai diterima secara ilmiah.

Sebuah penelitian ilmiah terbaru menunjukkan kematian bukanlah pemberhentian terakhir. Observasi ilmiah yang dilakukan menyimpulkan kehidupan dan kematian ternyata berkorespondensi dengan "alam lain" (multiverse).

 
Ilustrasi / bertgary.blogspot.com


Paparan ilmiah tersebut dijelaskan oleh teori ilmiah bernama biosentrisme. Menurut teori ini, kendati tubuh dirancang untuk hancur sendiri, namun ada sebuah 'energi' yang bekerja dalam otak, yaitu 'perasaan hidup' mengenai 'siapakah saya'.

"Energi itu tidak musnah ketika manusia mati," tulis ilmuwan terkemuka dunia dan pengarang buku Biocentrism, Robert Lanza.

Menurut Lanza, energi 'perasaan hidup' itu tak tercipta, tapi tak juga bisa musnah. Lantas, apakah energi ini berpindah dari satu dunia ke dunia lain?

Sebuah eksperimen yang belum lama ini dipublikasikan dalam jurnal Science memperlihatkan para ilmuwan bisa mengubah sesuatu yang sudah terjadi pada masa lalu. Lewat percobaan yang menggunakan beam splitter (perangkat optik yang membelah berkas cahaya), partikel-partikel energi diputuskan keberadaannya. Ternyata, dari situ dapat ditentukan apa yang berlaku pada partikel ini pada masa lalu sehingga seseorang dapat menyelami pengalaman di masa lalu.

Kaitan antara pengalaman dan semesta ini melampaui gagasan-gagasan manusia mengenai ruang dan waktu. Tapi biosentrisme sendiri menyatakan, ruang dan waktu bukan obyek sulit seperti yang dibayangkan.

Teori ini menganalogikan waktu sebagai udara yang sia-sia untuk ditangkap manusia karena memang tak pernah bisa diraih. "Anda tak bisa melihat apa pun melalui tulang tengkorak yang menyelimuti otak Anda," kata Robert Lanza. "Apa yang Anda lihat dan rasakan sekarang adalah putaran informasi pada otak Anda."

Menurut biosentrisme, ruang dan waktu semata-mata adalah alat penghimpun informasi secara bersamaan. Karena itulah, dalam dunia yang tidak ada ruang dan waktu, tak ada istilah kematian.


Energi itu kekal

Dalam bukunya, “Ghosthunters,” peneliti hantu John Kachuba menulis, “Einstein membuktikan bahwa seluruh energi di alam semesta adalah tetap dan tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Jadi apa yang terjadi denmgan energi itu ketika kita mati? Jika itu tak dapat dihancurkan, energi itu pastinya, menurut Einstein, berubah menjadi energi dalam bentuk lain. Apakah energi baru itu? Apakah kita bisa menyebut kreasi baru itu hantu?”

Gagasan ini muncul dan diusulkan sebagai bukti adanya hantu. Sebuah kelompok di Amerika Serikat yang bernama Tri County Paranormal menyatakan, “Ketika kita hidup, kita memiliki energi listrik dalam tubuh kita. Apa yang terjadi dengan listrik yang berada dalam tubuh kita, yang membuat jantung berdenyut dan kita bernafas?”

Jawaban pertanyaan itu sebenarnya sangat sederhana dan tidak misterius. Setelah seseorang meninggal, energi dalam tubuh mereka maupun seluruh organisme lain pindah ke lingkungan. Ketika seorang manusia mati, energi yang tersimpan dalam tubuh mereka dilepas dalam bentuk panas, dan pindah ke binatang yang mengonsumsi jasad itu, baik binatang liar maupun bakteri dan cacing serta tumbuhan yang menyerap nutrisi dari tanah. Jika jasad itu dikremasi, energi dilepas dalam bentuk panas dan cahaya.

Ketika kita makan tumbuhan atau binatang mati, kita mengonsumsi energi mereka dan mengubahnya menjadi energi bagi tubuh kita. Reaksi kimia ketika makanan dicerna melepas energi yang dibutuhkan binatang untuk hidup, bergerak dan bereproduksi. Energi itu tidak ada dalam bentuk energi elektromagnetik berbentuk bola cahaya, melainkan panas dan energi kimia.





 


Sumber:
tempo

Alam Semesta Tanpa Awal dan Akhir, Tidak Ada Big Bang!

February 26, 2015 Add Comment
Salah satu model teori yang baru-baru ini diungkapkan ilmuwan, bahwa alam semesta mungkin telah ada selamanya tanpa Big Bang. Teori ini didasarkan menurut model yang berlaku dalam koreksi kuantum untuk melengkapi teori relativitas Einstein. Teori ini menjelaskan materi gelap dan energi gelap, bahkan menurut ilmuwan akan menyelesaikan beberapa masalah sekaligus tentang misteri alam semesta. 

Model ini menghindari singularitas karena perbedaan utama antara Geodesics klasik dan lintasan Bohmian. Geodesics klasik umumnya berpengaruh saling silang, dan titik pertemuannya adalah singularitas. Sebaliknya, lintasan Bohmian tak pernah saling silang sehingga singularitas tidak muncul dalam persamaan. Para ilmuwan menuliskan hasil analisa ini dalam sebuah makalah, diterbitkan dalam jurnal Physics Letters B, mereka menjelaskan singularitas Big Bang dapat diatasi dengan model hipotesis baru dimana alam semesta tidak memiliki awal dan akhir.

Alam Semesta Tanpa Awal Dan Akhir


Sejak kapan alam semesta tercipta? Secara luas telah diperkirakan melalui model relativitas umum berkisar 13,8 miliar tahun. Pada awalnya, segala sesuatu diperkirakan berasal dari satu titik padat tak terhingga atau singularitas. Dan titik ini mulai berkembang atau disebut Big Bang yang kemudian berkembang menjadi alam semesta. 

Meskipun singularitas Big Bang muncul secara langsung dan tak terhindarkan dari matematika relativitas umum, beberapa ilmuwan menganggapnya bermasalah, karena matematika hanya menjelaskan apa yang terjadi setelah atau sebelum singularitas. Menurut Ahmed Farag Ali, ilmuwan dari Benha University - Zewail City of Science and Technology, singularitas Big Bang merupakan masalah yang paling serius dalam menyikapi relativitas umum. Karena hukum fisika muncul untuk mengungkap fakta yang terjadi ketika awal itu berlangsung.

alam semesta

Dalam hal ini, fisikawan menekankan istilah koreksi kuantum tidak menerapkan 'Ad Hoc' yang secara khusus bisa menghilangkan singularitas Big Bang. Analisis ini didasarkan pada ide fisikawan teoritis, David Bohm, sosok yang dikenal berkontribusi dalama filosofi fisika. Bohm sudah memulai karirnya sejak tahun 1950-an dimana dia mengganti Geodesics Klasik dengan lintasan kuantum, jalur terpendek antara dua titik pada permukaan melengkung.

Meskipun bukan teori gravitasi kuantum, model teori ini tidak mengandung unsur-unsur dari kedua teori kuantum dan relativitas umum. Para ilmuwan mengharapkan hasil analisa bisa digunakan seterusnya, bahkan jika teori gravitasi kuantum telah dirumuskan. Selain itu, hipotesis ini tidak memprediksi singularitas Big Bang, tidak memprediksi krisis besar dalam singularitas. Dalam relativitas umum, salah satu kemungkinan bahwa alam semesta mulai menyusut sampai runtuh sendiri dalam krisis besar dan kembali menjadi titik padat tak terhingga.
Penjelasan teori ini secara kosmologis, bahwa koreksi kuantum dianggap sebagai istilah kosmologis konstan dan radiasi, tanpa perlu energi gelap. Istilah ini menetapkan ukuran terbatas alam semesta dan memberikan usia yang tak terbatas. Istilah ini menghasilkan prediksi yang mendukung pengamatan konstanta kosmologi dan kepadatan alam semesta.

Model ini menggambarkan alam semesta berisi cairan kuantum, menurut ilmuwan bahwa cairan ini mungkin terdiri dari Graviton, hipotetis partikel tak bermassa yang berfungsi sebagai mediasi gaya gravitasi. Jika graviton benar-benar ada, maka cairan ini berperan penting dalam teori gravitasi kuantum. Graviton dapat membentuk kondensat Bose-Einstein pada suhu yang dihasilkan alam semesta sepanjang periode.  

Ilmuwan menerapkan lintasan Bohmian untuk persamaan yang dikembangkan pada tahun 1950 oleh fisikawan Amal Kumar Raychaudhuri dari Presidency University-India. Dengan menggunakan persamaan kuantum yang telah dikoreksi Raychaudhuri, Ali dan Saurya Das menggunakan persamaan kuantum Friedmann. Analisa ini menggambarkan ekspansi dan evolusi alam semesta dalam konteks relativitas umum, termasuk Big Bang. 

Para fisikawan berencana untuk menganalisis model materi gelap dan energi gelap dimasa depan, termasuk mengulangi studi ini dengan memperhatikan gangguan pada homogen dan anisotropik, tetapi berharapn gangguan kecil ini akan mempengaruhi hasil.

Referensi


No Big Bang? Quantum equation predicts universe has no beginning, 09 February 2015, by Phys org. 
Journal Ref: Cosmology from quantum potential. Physics Letters B Volume 741, 4 February 2015, Pages 276–279. DOI: 10.1016/j.physletb.2014.12.057.


Sumber : isains.com/

Ditemukan: Inti Terkecil Didalam Inti Bumi

February 24, 2015 Add Comment
Apakah inti Bumi merupakan lapisan terdalam? Baru-baru ini tim ilmuwan University of Illinois menggunakan aplikasi baru teknologi pendeteksi gempa, mereka menemukan bahwa inti bumi memiliki inti sendiri yang mempunyai sifat berbeda dan mengungkapkan misteri tentang planet Bumi. 

Dalam hal ini, kita melihat inti yang mengungkap misteri di tengah planet Bumi, meskipun bukan seperti yang dibayangkan novelis Jules Verne. Selama ini, inti Bumi pernah dianggap sebagai bola yang berbentuk besi padat, dimana inti ini memiliki beberapa sifat struktural yang kompleks. Tetapi tim ilmuwan menemukan inti dalam Bumi yang berbeda, berukuran sekitar setengah diameter inti bumi saat ini. Penelitian ini dipimpin oleh profesor Xiaodong Song dan Tao Wang, hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience edisi 9 Februari 2015.

Inti Terkecil Didalam Inti Bumi


Inti Bumi merupakan bagian paling dalam berbentuk bola padat dengan jari-jari sekitar 1220 km. Panjang jari-jari inti dalam Bumi sekitar 70 persen dari jari-jari bulan yang terdiri dari campuran besi dan nikel, dan suhu didalamnya diperkirakan sama dengan suhu permukaan Matahari sekitar 5430 Celcius.

Menurut Song, meskipun inti terdalam Bumi yang ditemukan berukuran kecil, bahkan lebih kecil dari bulan, inti ini memiliki beberapa fitur yang sangat menarik. Inti ini mungkin bisa menginformasikan tentang bagaimana planet Bumi terbentuk dan proses dinamis lainnya yang terjadi di inti Bumi. Hal ini membentuk pemahaman baru tentang apa yang terjadi didalam bumi.

Dalam analisis ini, ilmuwan menggunakan gelombang seismik gempa bumi untuk memindai bagian terdalam. Teknologi baru yang digunakan mengumpulkan data yang tidak berasal dari kejutan awal gempa bumi, tapi dari gelombang yang beresonansi setelah gempa. Gempa bumi umumnya bekerja seperti ketukan palu, pendengar bisa mendengarkan nada yang jelas beresonansi setelah ketukan terhenti. Kemudian sensor seismik mengumpulkan sinyal koheren dalam coda gempa.

Inti Terkecil Inti Bumi

Ketika menjalani pengujian ini, sinyal koheren ditingkatkan dengan teknologi baru dan hasilnya lebih jelas. Ide dasar metode ini dimulai sementara waktu, dan telah menggunakannya dalam studi lain di permukaan Bumi. Tetapi ilmuwan mengujinya untuk menngungkap misteri yang terjadi di pusat bumi.
Kristal besi berada di lapisan terluar inti dalam Bumi selaras dan mengarah ke utara dan selatan. Tetapi bagian inti terdalam yang berbentuk kristal besi bertitik tolak sekitar timur dan barat.

Kristal besi di inti terdalam tidak hanya berbeda dalam kesejajaran, inti ini juga berperilaku berbeda dari kristal lainnya yang berpengaruh pada inti luar dan dalam. Dengan kata lain bahwa inti terdalam mungkin terbuat dari berbagai jenis kristal atau fase yang berbeda.

Analisa ini mengisyaratkan bahwa inti Bumi memiliki dua wilayah yang berbeda dan dapat menginformasikan sesuatu tentang bagaimana inti berkembang. Contohnya dalam sejarah, inti dalam Bumi mungkin memiliki perubahan yang sangat dramatis dalam deformasi. Mungkin saja bertanggung jawab dalam menentukan perkembangan planet dan bagaimana inti terbentuk tepat ditengah pusat Bumi.

Referensi


Earth's surprise inside: Geologists unlock mysteries of the planet's inner core, 09 February 2015, by University of Illinois at Urbana-Champaign. 
Journal ref; Equatorial anisotropy in the inner part of Earth’s inner core from autocorrelation of earthquake coda. Nature Geoscience, Feb 9, 2015


Sumber: isains.com

Ganti Susu Sapi Pada Hot Cokelat Dengan Ini, Agar Lebih Sehat

February 23, 2015 Add Comment
Siapa yang tidak menyukai cokelat? Semua orang menyukainya, apalagi wanita. Bahkan ketika acara spesial apa pun, salah satunya Valentine, menjadi ajang paling menyenangkan bagi wanita untuk mendapatkan dan berbagi cokelat. Salah satu sajian cokelat yang juga banyak menjadi favorit adalah hot chocolate.


Secangkir cokelat panas ini berbeda dengan sajian susu panas, dan sebenarnya termasuk minuman yang menyehatkan. Namun sayangnya, seringkali banyak wanita mengeluhkan bahwa cokelat yang mereka konsumsi memiliki banyak kalori yang justru dapat dengan mudah membuat mereka gemuk.

Nah lho, untuk mengatasi hal ini, ada tips dari news.health.com untuk membuat cokelat Anda lebih sehat. Caranya adalah dengan mengganti dengan susu nabati.

Susu nabati memang memiliki lebih sedikit kandungan protein, namun jelas lebih rendah kalori dan lemak dari susu sapi biasa. Susu nabati yang bisa Anda pakai seperti susu kedelai, santan kelapa, atau susu nabati lainnya.


Susu nabati juga lebih aman untuk jantung dan menjaga kolesterol Anda dalam angka yang tidak membahayakan kesehatan. Susu kedelai, santan kelapa atau susu kacang almond juga lebih kaya antioksidan dari susu sapi.

Anda bahkan bisa memasukkan hot chocolate kesukaan Anda ke dalam menu diet jika bisa mengganti susu sapi ke susu nabati dan tanpa menambahkan gula.

Jika memang tidak bisa menemukan susu nabati, Anda bisa tetap menggunakan susu sapi, namun mengganti dengan susu non-fat atau susu skim, tanpa mengurangi kegemaran Anda minum cokelat namun bisa tetap mengontrol asupan kalori di dalamnya.


Sumber :

5 Ikan Hiu Paling Besar Sejagad Raya

February 22, 2015 Add Comment
Hiu, siapa yang tidak tahu dengan ikan ganas yang hidup di lautan lepas ini. Ikan ini bisa mengancam hidup manusia yang sedang berenang di laut. Mungkin karena keganasan ikan satu ini, maka tak heran jika banyak produsen film yang membuat cerita berdasarkan hiu ini.

Sebenarnya hiu baru memangsa manusia jika dirinya merasa terancam, makanan hiu yang utama sebenarnya bukan daging manusia, melainkan hewan-hewan kecil, ikan-ikan kecil dan plankton.

Terlepas dari hal itu, ada beberapa jenis ikan hiu paling besar di dunia yang mungkin sebelumnya Anda belum mengetahuinya.


5. Pacific Sleeper Shark


Inilah jenis ikan hiu terbesar di dunia yang pertama, Pacific Sleeper Shark, dari namanya saja tentu Anda sudah dapat menebak jika ikan hiu ini berasal dari perairan samudera Pasific. Ikan hiu jenis ini bisa Anda temukan di kedalaman 6.500 kaki dari permukaan laut.

Jenis ikan hiu ini yang sudah mencapai dewasa, berat tubuhnya bisa mencapai 362,87 kilogram, dan panjang pun bisa mencapai 23 kaki.



4. Tiger Shark


Diantara spesies ikan hiu yang memiliki predikat sebagai ikan hiu yang paling besar di dunia, boleh dikatan jika ikan hius jenis Tiger Shark adalah salah satu yang paling ganas dibanding dengan ikan hiu yang lainnya. Tiger Shark dewasa panjangnya bisa mencapai 24,3 kaki dengan berat hingga 907,18 kilogram, banyak kasus yang menyatakan jika ikan hiu jenis ini yang paling sering menyerang para perenang.



3. Great White Shark


Great White Shark ini juga mendapat julukan sebagai ikan hiu yang paling ganas di dunia. Jika Anda sedang berenang di laut, Anda harus berhati-hati dengan ikan hiu yang satu ini, Great White Shark bisa di temukan di pantai dan di semua lautan. Panjang ikan hiu ini bisa mencapai 26,2 kaki dengan berat hingga 2.267,96 kilogram.



2. Basking Shark


Basking Shark mampu memiliki panjang tubuh hingga 40 kaki dengan berat yang dapat mencapai 19 ton. Namun Anda tidak perlu khawatir, Basking Shark bukanlah ikan hiu pemangsa seperti Tiger Shark atau pun seperti Great White Shark. Makanan utama ikan hiu ini adalah plankton-plankton yang ada di lautan, selain itu Basking Shark juga memiliki gerakan berenang yang sangat lambat.



1. Whale Shark


Inilah keluarga ikan hiu yang besar dan yang paling tua. Whale Shark sudah ada sejak 60 juta tahun yang lalu. Diantara ikan hiu yang lainnya, ikan hiu jenis ini mampu hidup hingga 70 tahun, berat tubuhnya bisa mencapai 15 ton dengan panjamg bisa mencapai hingga 11 kaki. Sama seperti Basking Shark, ikan hiu Whale Shark bukanlah jenis ikan hiu pemangsa. 


Sumber :

Ritual Santhara di India, Puasa Hingga Meninggal Dunia

February 17, 2015 Add Comment
Puasa merupakan salah satu kegiatan keagamaan umum di beberapa agama di seluruh dunia. Namun, ada beberapa budaya memiliki ritual puasa yang ekstrem. Bahkan orang yang berpuasa tersebut hingga meninggal dunia.

Seperti dilansir dari odditycentral.com, ritual 'Santhara' ini merupakan bagian dari Jainisme, salah satu agama tertua di dunia. Para peserta diharuskan untuk membuat sumpah untuk berhenti makan sampai mereka benar-benar meninggal.


Menurut kepercayaan ini, cara tersebut untuk membersihkan diri dari karma buruk dan mencapai 'Moksha' yakni, pembebasan dari siklus duniawi kematian dan reinkarnasi.

Setiap tahun, ratusan Jainisme di India mengambil sumpah berat ini. Menariknya, lebih dari 60 persen dari peserta adalah perempuan. Kaum perempuan diyakini lebih berkemauan keras daripada laki-laki.


Dalam agama Jainisme, ritual ini lebih banyak dilakukan oleh orang yang sakit keras, tetapi orang sehat juga boleh berpartisipasi. Ketika peserta merasa bahwa dia telah memasuki tahap akhir dari hidupnya, ia dapat meminta izin dari teman-teman, keluarga dan guru untuk melakukan Santhara. 

Setelah disetujui, peserta berpuasa dari makan dan minum secara bertahap. Selama masa itu dia harus belajar untuk melepas hasrat duniawi. Jika dia tidak mampu, berarti dia telah menggagalkan sumpahnya dan harus segera berhenti berpuasa.


Hingga saat ini, satu-satunya orang yang berhasil menjalani Santhara hingga rekor 87 hari yaitu biksu berusia 60 tahun bernama Sadhvi Charan pada tahun 2009. Informasi ini diterbitkan di koran lokal dan dianggap peristiwa penting bagi para Jain. 

Praktek Santhara diikuti oleh puluhan ribu orang di seluruh dunia, sekitar 20 ribu orang mengikuti proses kematian Sadhvi Charan.

Jika kita bayangkan, berpuasa hingga ajal adalah hal yang sangat susah dilakukan, harus menahan segalanya dari kehidupan duniawi. Hal ini banyak menjadi pertentangan karena berbeda dengan apa yang kita percayai, namun begitulah kehidupan ritual di India.



Sumber :
vemale

Bumi Super Terdeteksi Teleskop Darat Bersuhu 1700 Celcius

February 14, 2015 Add Comment
Untuk pertama kalinya, astronom berhasil mengukur bumi super disekitar bintang dilangit yang cerah dengan menggunakan teleskop berbasis darat. Planet ekstrasurya ini disebut '55 Cancri e' yang pernah terdeteksi sebelumnya. Transit ini merupakan langkah pertama dalam menganalisis atmosfer planet, keberhasilan ini menjadi pertanda baik untuk mencirikan beberapa planet kecil dalam misi ruang angkasa yang akan datang.

Tim ilmuwan menggunakan perangkat Nordic Optical Telescope 2,5 meter di pulau La Palma, Spanyol. Fasilitas ini berukuran sedang dengan standar yang digunakan pada umumnya, tetapi dilengkapi dengan instrumen 'state-of-the-art' agar mampu mendeteksi. Hasil temuan ini muncul dalam sebuah makalah yang akan diterbitkan dalam jurnal The Astrophysical Journal Letters edisi mendatang.

Transit Bumi Super Terdeteksi Selama 2 Jam


Bintang induk 55 Cancri berjarak sekitar 40 tahun cahaya dari Bumi dan terlihat dengan mata telanjang. Selama periode transit, planet melintasi bintang 55 Cancri dan sebagian kecil cahaya bintang terlihat meredup 1/2000 atau 0,05 persen selama hampir dua jam. Fenomena ini membuktikan bahwa planet 55 Cencri e berukuran sekitar dua kali Bumi atau berdiameter 16000 mil.

Menurut Ernst de Mooij dari Universitas Queen Belfast di Inggris, pengamatan menunjukkan bahwa mereka mendeteksi transit planet kecil disekitar bintang seperti Matahari menggunakan teleskop berbasis darat. Hal ini sangat penting, karena misi luar angkasa mendatang (TESS dan satelit PLATO) harus menemukan lebih banyak planet kecil disekitar bintang terang agar dapat ditindaklanjuti dengan menggunakan instrumen berbasis darat.

bumi super

Dikabarkan bahwa NASA akan menjadwalkan peluncuran TESS pada tahun 2017, sedangkan European Space Agency akan meluncurkan satelit teleskop PLATO pada tahun 2024, dimana keduanya akan mencari transit planet terestrial disekitar bintang terang. Melalui data yang terhimpun dari satelit tersebut, diharapkan ilmuwan bisa mendeteksi atmosfer planet kecil melalui teleskop berbasis darat. Dan tentunya akan berdampak pada penemuan tanda-tanda biologis planet mirip Bumi disekitar bintang.

Penemuan ini sangat luar biasa dari yang pernah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan batas maksimal teleskop dan instrumen yang ada. Penginderaan jauh berjarak puluhan tahun cahaya bukanlah hal yang mudah, tapi bisa dilakukan dengan teknik yang tepat dan sedikit kecerdikan. 
Planet 55 Cancri e berukuran sekitar dua kali lebih besar dan delapan kali massa Bumi. Dengan jangka waktu 18 jam, pengamatan ini merupakan yang terjauh dari lima planet dalam sistem tatasurya. Diperkirakn suhu harian Bumi super mencapai lebih dari 3100 derajat Fahrenheit atau berkisar 1700 derajat Celsius, cukup panas untuk melelehkan logam. 

Pada awalnya planet ektrasurya telah diidentifikasi sejak satu dekade yang lalu melalui pengukuran kecepatan radial, kemudian dikonfirmasi melalui pengamatan transit dengan teleskop ruang angkasa Spitzer dan MOST. Sampai saat ini, Bumi Super GJ 1214b dianggap satu-satunya transit planet ekstrasurya, dimana GJ 1214b yang mengelilingi katai merah telah diamati melalui teleskop berbasis darat

Tetapi perubahan cuaca dipermukaan bumi membuat pengamatan sangat sulit, dan kesuksesan pendeteksian planet bumi super 55 Cancri e memiliki prospek temuan puluhan Bumi Super dimasa yang akan datang. Para astronom berharap, melalui survei ini nantinya akan menemukan banyak planet ekstrasurya, teleskop ruang angkasa tidak akan mampu menindaklanjuti keseluruhan data. Dan dimasa depan, instrumen teleskop  akan menjadi kunci, dimana studi ini menunjukkan semua kemungkinan tersebut. 


Sumber : isains.com
Fenomena Rantai Makanan Terbalik: Katak Makan Ular

Fenomena Rantai Makanan Terbalik: Katak Makan Ular

February 13, 2015 Add Comment
Seorang pria di Katherine, Australia bagian utara, mengaku telah menemukan fenomena rantai makanan terbalik, yakni seekor katak yang memakan ular.

Pria bernama Adam Buzzo itu tengah berada di rumahnya di kawasan Stuart Park, sekitar delapan kilometer sebelah utara kota Katherine, ketika ia mendengar anjingnya menyalak di luar rumah.

Ia pun ke luar rumah dan menemukan sesuatu yang cukup mengejutkan; seekor katak hijau dengan ular berkepala jingga setengah badan yang mencuat keluar dari mulut katak.


"Saya melihat katak itu dan pergi mengambilnya, lalu meletakkannya di pot tanaman, kemudian saya melihat ular di mulutnya," kata Buzzo seperti dikutip ABC Australia.

"Saya belum pernah melihat katak makan ular. Saya pikir ini bukan sesuatu yang Anda lihat sehari-hari, dan saya harus mengabadikannya dalam foto," ujarnya.

Sementara itu, Greg Smith dari Taman Nasional Wilayah Utara Australia, mengatakan, ular berkepala jingga adalah ular yang berbisa dan bisa membunuh katak hijau. Menurutnya, ular ini bisa melingkarkan tubuh seperti cincin, yang juga beracun.

Meski demikian, katak hijau itu beruntung karena bisa bertahan hidup. Buzzo mengatakan, binatang itu masih berkeliaran di pekarangan rumahnya.

Tree frog and snake

Jadi bagaimana ular bisa dimangsa oleh katak? Smith menyebut, ular itu jelas masih berusia muda. "Katak itu pasti menangkapnya saat lengah dan si ular lalu menyerah."

"Katak hijau makan apa pun yang mereka bisa. Jika ia bergerak, ia akan ambil apa saja," imbuhnya.

Ular berkepala oranye dapat tumbuh hingga sepanjang 70 sentimeter dan melingkarkan tubuhnya seperti cincin selebar 60 sentimeter


Sumber :

Ilmuwan Ungkap Perkiraan Cuaca Berawan Di Planet GJ1214b

February 12, 2015 Add Comment
Saat ini, tim ilmuwan semakin dipermudah untuk mendeteksi keberadaan exoplanet dengan perkiraan cuaca, dimana mereka mendapat gambaran cuaca berawan, mendung atau lebih banyak awan yang menaungi planet GJ1214b.

Studi ini dipimpin oleh peneliti Department Of Astronomy And Astrophysics dari University Of Chicago, pertama kali menandai suasana cuaca planet Super Earth yang mengorbit pada bintang lain. Planet yang diteliti dikenal sebagai GJ1214b yang diklarifikasi sebagai jenis planet Super Earth, karena massa lebih besar dari Bumi dan Neptunus.

Teleskop Hubble Ungkap Cuaca Berawan Di Planet Alien


Dalam pencarian planet alternatif, exoplanet diantara bintang lain telah membuktikan bahwa planet GJ1214b merupakan salah satu jenis planet yang paling umum di galaksi Bima Sakti. Karena planet tersebut tidak berada dalam tata surya dan jarak yang teramat jauh, sehingga sifat fisik planet ini sebagian besar hampir tidak bisa diketahui. Penelitian sebelumnya menjelaskan dua kemungkinan penafsiran adanya atmosfer di planet GJ1214b, terdiri dari uap air atau beberapa jenis molekul berat lainnya, dan kemungkinan besar memiliki awan sehingga ilmuwan kesulitan mengamati apa yang ada di permukaan planet tersebut.

Planet Alien, GJ1214b

Dan sekarang, tim Jacob Bean telah berhasil mendeteksi bukti yang jelas adanya awan di atmosfer planet GJ1214b dari data yang dihimpun melalui teleskop Hubble Space. Pengamatan Hubble Space mendeteksi planet dalam waktu kurang lebih 96 jam selama 11 bulan, dan ini merupakan program Hubble terbesar untuk mempelajari planet ekstrasurya tunggal.

Menurut para ilmuwan, planet GJ1214b dianggap penting untuk mengidentifikasi kehidupan, dengan kata lain planet ini kemungkinan berpenghuni karena mirip dengan Bumi. Planet ini terletak sekitar 40 tahun cahaya dari bumi ke arah konstelasi Ophiuchus, dan planet GJ1214b dianggap paling mudah diamati dalam jajaran planet Super-Earth. Setiap 38 jam ketika benda ini melintasi bintang induknya, maka pada waktu itu para ilmuwan mendapatkan waktu yang tepat untuk mempelajari atmosfer planet tersebut.

Menurut tim peneliti, mereka menggunakan teleskop Hubble secara tepat mengukur spektrum Planet GJ1214b di titik cahaya inframerah, dan secara langsung mendeteksi adanya awan yang menyelimuti permukaan planet. Sejak Planet GJ1214b ditemukan pada tahun 2009, benda angkasa ini kemudian menjadi objek pengamatan untuk mengetahui karakteristikatmosfer planet, dimana hasil spektrum pertama terjadi pada tahun 2010 dengan menggunakan teleskop berbasis darat. Perkiraan spektrum pertama menyatakan adanya uap air atau hidrogen yang di dominasi oleh awan.

Jari-jari Planet GJ1214b dapat disimpulkan dari jumlah peredupan yang terlihat ketika planet melintas tepat di depan bintang induk yang terlihat dari bumi. Massa planet ini dapat disimpulkan dari pengamatan sensistif yang diukur melalui pergeseran kecil garis spektrum bintang yang disebabkan adanya efek doppler. Melalui perbandingan model teoritis, kepadatan menggambarkan informasi berguna tentang komposisi dan struktur planet. Suasana Planet GJ1214b bisa saja berbatu karena tertutupi awan, atau mungkin saja kaya hidrogen.  

Spektrum pada teleskop Hubble mengungkapkan tidak ada jejak kimia apapun pada lapisan atmosfer planet GJ1214b, sehingga ilmuwan beranggapan bahwa atmosfer bebas dari awan yang terbuat dari uap air, metana, nitrogen, dan karbon dioksida. Dengan kata lain bahwa awan yang berada di planet tersebut tidak mirip dengan awan di Bumi. Model memprediksi bahwa awan pada planet GJ1214b tercipta dari kalium klorida tau seng sulfida pada suhu siang hari berkisar 450 derajat Fahrenheit.


Sumber : http://www.isains.com/2014/01/ilmuwan-ungkap-perkiraan-cuaca-berawan.html#ixzz3RFknOa9W
Follow us: @idsains on Twitter

KOI-314c, Planet Baru Seukuran Bumi Berjarak 200 Tahun Cahaya

February 11, 2015 Add Comment
Planet KOI-314c adalah yang paling ringan memiliki massa hampir sama dengan Bumi, tetapi ukuran fisik diameter 60 persen lebih besar sehingga kemungkinan besar permukaan dipenuhi suasana gas yang sangat tebal. Planet KOI-314c memiliki massa yang sama dengan Bumi tetapi tidak sama dengan Bumi.

Temuan ini membuktikan bahwa tidak ada garis pemisah yang jelas antara dunia berbatu seperti Bumi dan planet lain yang memiliki kondisi suasana gas dan air. David Kipping, salah satu ilmuwan dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics (CFA) mempresentasikan temuan planet KOI-314c disebuah konfrensi pers pada pertemuan American Astronomical Society yang ke-223 tanggal 6 Januari 2014, dan penelitian ini di danai oleh NASA dan National Science Foundation.

Temuan Planet KOI-314c Dan KOI-314b


Tim ilmuwan telah mendapatkan karakteristik planet dengan menggunakan data dari pesawat teleskop NASA Kepler, dimana mereka menemukan planet KOI-314c mengorbit pada bintang kerdil merah yang terletak sekitar 200 tahun cahaya. Planet ini mengelilingi bintangnya setiap 23 hari, kemungkinan suhu permukaan berkisar 220 derajat Fahreinheit dan dianggap terlalu panas untuk dijadikan zona layak huni.

Dalam mengukur massa planet KOI-314c, tim ilmuwan mengandalkan teknik berbeda yang disebut sebagai variasi waktu transit (TTV). Metode ini hanya dapat digunakan ketika lebih dari satu planet yang mengorbit pada bintang induk, dimana nantinya gravitasi kedua planet saling tarik menarik. Penelitian ini lebih fokus pada planet yang bergerak daripada mengamati bintang yang bergerak, karena dari sini mereka mampu menemukan dua planet yang terkunci dalam sistem bintang induknya.

Planet KOI-314c

Tehnik TTV merupakan metode yang sangat ampuh untuk menemukan dan mempelajari exoplanet dan telah digunakan sejak tahun 2010. Pada saat itu Kepler mendeteksi planet lain yang mengorbit bintangnya selama 19,2 hari pada jarak 13 juta mil, sementara planet lainnya mengorbit sekali dalam 38,9 hari pada jarak 21 juta mil. Temuan dua planet pada waktu itu (Kepler 9b dan 9c) didasarkan tujuh bulan pengamatan pada lebih dari 156 ribu bintang yang dipantau perubahan kecerahannya.

Potensi yang diperoleh dari tehnik TTV terlihat ketika planet ber-massa lebih rendah muncul di dalam sistem bintang, sehingga sangat sulit mempelajarinya menggunakan teknik tradisional. Tehnik ini nantinya akan terus digunakan astronom untuk menemukan exoplanet dan pencarian exomoon, dimana harapan zona layak huni masih menjadi prioritas pencarian planet baru. Diantara sistem bintang yang telah ditemukan (triple hingga multiple) masih banyak exoplanet yang belum terdeteksi, bahkan para astronom meyakini bahwa kemungkinan besar benda apapun di alam semesta memiliki kembaran yang sama persis, begitu pula dengan planet Bumi.

Sampai saat ini, ilmuwan dan astronom masih terus mencari keberadaan zona layak huni, tetapi bukan berarti manusia akan berpindah ke planet tersebut karena jarak dan waktu tidak memungkinkan, melainkan untuk menemukan kehidupan lain. Jika sebuah planet sangat mirip kondisinya (suasana dan fisik) dengan Bumi, tidak menutup kemungkinan bahwa makhluk lain berada disana, atau mungkin manusia bisa berkomunikasi dengan mereka. 

Planet KOI-314c diperkirakan memiliki suasana signifikan dengan adanya hidrogen dan helium setebal ratusan kilometer. Permukaannya kemungkinan 30 persen terdiri dari materi padat daripada air, seakan-akan planet ini sedang direbus radiasi bintangnya dan sebagian gas atmosfer perlahan menghilang seiring berjalannya waktu. Para peneliti mencoba mengukur massa dengan cara memeriksa getaran kecil dari bintang induk yang disebabkan gravitasi planet. Metode kecepatan radial ini dinilai sangat sulit untuk planet seukuran massa Bumi.

Planet kedua yang berhasil ditemukan adalah KOI-314b, dimana ukurannya diduga juga sama seperti planet KOI-314c tetapi secara signifikan lebih padat atau sekitar empat kali massa Bumi. Planet KOI-314b mengorbit bintang induk setiap 13 hari, jauh lebih cepat dibanding planet tetangganya. Kedua planet ini ditemukan secara kebetulan ketika mereka menjelajah data Kepler untuk mencari exomoon, tetapi sebaliknya mereka menemukan exoplanet.


Sumber : http://www.isains.com/2014/01/koi-314c-planet-baru-seukuran-bumi.html#ixzz3RFjEq3h8
Follow us: @idsains on Twitter

Ilmuwan Berhasil Ukur Rotasi Exoplanet Untuk Pertama Kali Sumber

February 10, 2015 Add Comment
Untuk pertama kalinya, ilmuwan menggunakan pengamatan Very Large Telescope ESO (VLT) untuk menentukan tingkat rotasi exoplanet. Exoplanet Beta Pictoris B, exoplanet yang berhasil ditemukan dan diukur tingkat rotasi yang berlangsung hanya delapan jam dan bergerak hampir 100,000 kilometer perjam.

Hasil analisis ini memperluas hubungan antara massa dan rotasi yang dibandingkan dengan planet di tata surya kita, tehnik yang sama memungkinkan astronom untuk memetakan exoplanet secara rinci dimasa depan menggunakan European Extremly Large Telescope (E-ELT).

Pengukuran Rotasi Exoplanet Beta Pictoris B


Exoplanet Beta Pictoris B mengorbit pada sebuah bintang yang terletak sekitar 63 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi selatan Pictor. Exoplanet Beta Pictoris B sudah ditemukan sejak enam tahun lalu dan merupakan salah satu exoplanet pertama yang langsung digambarkan. 

Planet ini mengorbit bintang induk pada jarak sebanding delapan kali jarak Bumi ke Matahari, dan termasuk exoplanet paling dekat dengan bintang induknya. Beta Pictoris adalah salah satu contoh yang paling terkenal dari bintang yang dikelilingi puing-puing disk berdebu. Disk ini sekarang dikenal untuk memperpanjang keluar untuk sekitar 1000 kali jarak antara Bumi dan Matahari.

Exoplanet Beta Pictoris B

Tim astronom menggunakan instrumet CRIRES pada perangkat VLT sehingga mampu membantu mereka menentukan kecepatan rotasi khatulistiwa exoplanet Beta Pictoris B hampir mencapai 100,000 kilometer perjam. Sebagai perbandingan, khatulistiwa Jupiter berkecapatan 47,000 kilometer perjam, bumi mencapai 17,000 kilometer perjam. Exoplanet ini 16 kali lebih besar dan 3000 kali lebih besar dari Bumi, tetapi mampu berotasi hanya dalam 8 jam.

Menurut ilmuwan, mereka masih belum mengetahui mengapa beberapa planet berputar cepat dan yang lainnya lambat. Hal ini menjelaskan bahwa exoplanet masif berotasi lebih cepat, mungkin menjelaskan konsekwensi universal bagaimana bintang induk mempengaruhi planet-planet lainnya.
Dalam perhitungan sebelumnya, exoplanet Beta Pictoris B tergolong planet yang sangat muda, berusia sekitar 20 juta tahun, sementara usia Bumi berkisar 4,5 juta tahun
Tim astronom memanfaatkan teknik tepat yang disebut Spektroskopi (dispersi tinggi yang membagi cahaya berdasarkan warna penyusunnya).Prinsip efek Doppler memungkinkan ilmuwan mendeteksi perubahan panjang gelombang, dimana kondisi exoplanet relatif berlawanan dalam arah terhadap pengamatan. Tehnik ini secara langsung akan mengukur bagian berbeda pada permukaan Exoplanet yang bergreak maju atau menjauh dari pengamatan.


Sumber : http://www.isains.com/2014/05/ilmuwan-berhasil-ukur-rotasi-exoplanet.html#ixzz3RFj1H2Qk
Follow us: @idsains on Twitter

Misteri Sanxingdui dan Mega Artefak yang Terkubur di Dalamnya

February 09, 2015 Add Comment
Di tengah desa yang dahulunya tenang, Sanxingdui, di provinsi Sichuan di China, sebuah penemuan yang luar biasa terjadi yang segera menarik perhatian internasional dan sejak itu sejarah peradaban China ditulis ulang.


Dua lubang ritual pengorbanan raksasa yang digali disana mengandung ribuan artefak emas, perunggu, batu giok, gading dan tembikar yang sangat luar biasa dan tidak seperti artefak lain yang pernah ditemukan di China sebelumnya, sehingga para arkeolog menyadari bahwa mereka baru saja membuka pintu ke sebuah budaya kuno yang bertanggal kembali antara 3.000 dan 2.800 tahun yang lalu.

Pada musim semi tahun 1929, seorang petani menggali sumur ketika ia menemukan setumpuk besar peninggalan batu giok. Ini adalah petunjuk pertama yang akhirnya mengarah pada penemuan kerajaan kuno misterius.

Generasi arkeolog Cina mencari di sekitar daerah tersebut tanpa keberhasilan sampai tahun 1986, ketika para pekerja secara tak sengaja menemukan lubang-lubang yang berisi ribuan artefak yang telah rusak, dibakar, dan kemudian dengan hati-hati dimakamkan.

Penemuan artefak-artefak aneh ini menarik perhatian dunia. Benda-benda yang ditemukan di lubang-lubang pengorbanan tersebut adalah termasuk patun hewan dan topeng dengan telinga naga, mulut terbuka dan menyeringai; kepala mirip manusia dengan topeng kertas emas; hewan hias termasuk naga, ular, dan burung; tongkat raksasa, sebuah altar pengorbanan, pohon perunggu setinggi 4 meter; kapak, tablet, cincin, pisau, dan ratusan benda-benda unik lainnya. 

Diantara semua itu juga terdapat artefak perunggu terbesar di dunia dan terawetkan secara baik yaitu sosok manusia yang berdiri tegak, setinggi 2,62 meter.

Sebuah altar pengorbanan dengan beberapa hewan berkaki empat di dasarnya 
untuk mendukung figur-figur perunggu yang sangat mirip dengan topeng-topeng wajah besar, 
masing-masing memegang dengan tangan terulur semacam nampan ritual.


Namun, sejauh ini, temuan yang paling mencolok adalah puluhan topeng-topeng perunggu besar dan patung-patung kepala yang berfitur manusia dengan mata berbentuk almond, hidung lurus, wajah persegi, dan telinga besar, fitur yang sama sekali tidak mencerminkan orang-orang Asia, bahkan lebih mirip alien.

Artefak-artefak tersebut bertanggal kembali ke abad 12-11 SM. Mereka telah diciptakan dengan menggunakan teknologi pengecoran perunggu yang sangat canggih, yang dibuat dengan menambahkan kombinasi tembaga dan timah, menciptakan zat kuat yang membuat benda jauh lebih besar dan lebih berat, seperti patung seukuran manusia hidup dan patung pohon setinggi 4 meteran.

Puluhan kepala perunggu yang ditemukan di lubang, beberapa bertopeng emas

Beberapa topeng berukuran besar, salah satunya berukuran luar biasa dimana lebarnya hingga 1,32 meter dan tingginya 0,72 meter, itu adalah topeng perunggu terbesar yang pernah ditemukan. 

Tiga topeng terbesar memiliki fitur yang paling supranatural dari semua artefak Sanxingdui, dengan telinga seperti hewan, dengan mata yang menonjol keluar, atau batang hiasan tambahan.

Para peneliti benar-benar terkejut menemukan gaya artistik yang benar-benar tidak dikenal dalam sejarah seni Cina, yang sejarah awalnya berdasarkan sejarah dan artefak dari peradaban Sungai Kuning.

Kepala perunggu seperti kepala naga

Penemuan spektakuler di Sanxingdui pada tahun 1986 merubah Sichuan menjadi titik fokus dalam studi Cina kuno. Artefak kuno yang ditemukan di dua lubang di Sanxingdui bertanggal ke masa dinasti Shang, pada akhir milenium kedua SM, ketika masyarakat beradab primer berkembang di lembah Sungai Kuning, di utara China, ribuan mil dari Sichuan. 

Artefak Sanxingdui sama sekali tidak memiliki kemiripan dengan artefak-artefak yang dibuat dan ditemukan di tempat lain, dan tidak ada prasasti di lokasi Sanxingdui untuk menjelaskan budaya yang membuat artefak tersebut, yang tampaknya khas peradaban Zaman Perunggu, tetapi sebelumnya tidak diketahui. 

Penemuan ini memberikan kontribusi terhadap perubahan mendasar dari pemahaman tradisional dari pusat tunggal peradaban di utara China untuk pengakuan keberadaan beberapa tradisi daerah, dan Sichuan jelas salah satu yang paling berbeda.

Budaya yang menghasilkan artefak tersebut sekarang dikenal sebagai Budaya Sanxingdui, dan para arkeolog mengidentifikasinya dengan kerajaan kuno Shu, menghubungkan artefak yang ditemukan di lokasi untuk raja legendaris awal. 

Referensi sejarah mengenai kerajaan Shu yang berdiri pada periode awal Cina sangat sedikit (hanya disebutkan Shiji dan Shujing sebagai sekutu Zhou yang mengalahkan Shang), tetapi kisah raja-raja legendaris Shu dapat ditemukan di cerita-cerita rakyat setempat.

Menurut Chronicles of Huayang, yang disusun pada masa Dinasti Jin (265-420 M), kerajaan Shu didirikan oleh Cancong. Cancong digambarkan memiliki mata yang menonjol, sebuah fitur yang ditemukan pada artefak dari Sanxingdui. Penguasa lain yang disebutkan dalam Chronicles of Huayang termasuk Boguan, Yufu, dan Duyu. 

Banyak artefak berbentuk ikan dan burung, dan ini telah diusulkan untuk menjadi totem dari Boguan dan Yufu (nama Yufu sebenarnya berarti dandang ikan).

Sebuah kepala perunggu besar dengan mata menonjol 
yang diyakini menggambarkan Cancong, Raja semi-legendaris pertama Kerajaan Shu.

Sanxingdui diperkirakan adalah sebuah kota metropolis saat itu, yang meliputi sekitar tiga kilometer persegi. Sanxingdui telah sangat maju dalam pertanian, termasuk kemampuan memproduksi Anggur, teknologi keramik dan pembuatan alat-alat untuk kurban dan pertambangan. 

Menurut temuan arkeologi, pemukiman di Sanxingdui ditinggalkan tiba-tiba sekitar 1.000 SM, Untuk alasan yang masih belum diketahui. Ya, Budaya Sanxingdui ini tiba-tiba berakhir secara misterius.

Lubang-lubang pengorbanan diyakini adalah situs orang-orang Shu kuno untuk mempersembahkan korban ke Langit, Bumi, gunung, sungai, dan dewa-dewa alam lainnya. 

Figur-figur seperti manusia, topeng perunggu dengan mata menonjol dan berwajah seperti hewan, mungkin adalah dewa-dewa yang disembah oleh orang-orang Shu.

"Dilihat dari berbagai figur manusia perunggu dan benda-benda penguburan, Kerajaan Kuno Sanxingdui telah menyatukan dan memerintah masyarakat melalui agama primordial. Mereka menyembah alam, totem dan nenek moyang mereka. kerajaan Shu kuno mungkin sering mengadakan kegiatan kurban besar untuk menarik suku-suku yang berbeda keyakinan agama datang dari jauh untuk beribadah," kata Ao Tianzhao dari Museum Sanxingdui, yang telah mempelajari budaya Sanxingdui selama setengah abad. 

Ia percaya bahwa sejumlah besar artefak perunggu di Sanxingdui menunjukkan bahwa situs ini digunakan untuk menjadi kiblat bagi para peziarah.


Sejak penemuannya, artefak-artefak dari Sanxingdui tersebut telah menerima sejumlah besar perhatian dan penghargaan internasional. Mereka telah dipamerkan di museum-museum ternama dunia seperti The British Museum, Museum Istana Nasional di Taipei, National Gallery of Art (Washington), Guggenheim Museum (New York), Museum Seni Asia (San Francisco), Galeri Seni New South Wales (Sydney ) dan Museum Olimpiade Lausanne (Swiss). 

Beberapa artefak pilihan saat ini sedang dipamerkan di Museum Bowers di Santa Ana, California, dengan tema: 'Peradaban China yang Hilang: Misteri Sanxingdui, yang berlangsung dari 19 Oktober 2014 hingga 15 Maret 2015.

Penemuan artefak Sanxingdui mengejutkan dunia, tapi sejarah artefak-artefak tersebut masih merupakan misteri. Hanya benda-benda yang ditemukan dari dua lubang tersebut yang mencerminkan peradaban kuno dan brilian dari Shu dan tidak ada artefak lain seperti itu yang pernah ditemukan sejak itu. 

Tidak ada catatan sejarah, dan tidak ada teks-teks kuno yang berbicara tentang mereka. Sehingga masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab seperti apa tujuan benda-benda itu dibuat, dari mana budaya itu berasal, dan kemana mereka pergi setelah mereka mengubur harta mereka yang paling berharga. 


Beberapa ahli sejarah mencoba menjelaskan hilangnya budaya Sanxingdui tersebut. Beberapa mengatakan bahwa hilangnya peradaban ini karena perang dan banjir, tetapi pendapat ini tidak terlalu meyakinkan. Baru-baru ini ada hipotesis yang menarik mengenai penyebab hilangnya budaya Sanxingdui seperti dikutip dari Livescience dibawah ini:

Sekitar 14 tahun yang lalu, arkeolog menemukan sisa-sisa kota kuno lain yang disebut Jinsha dekat Chengdu. Situs Jinsha, meskipun tidak ada kerajinan perunggu Sanxingdui yang mengesankan disana, namun memiliki mahkota emas yang diukir dengan motif seperti ikan, panah dan burung yang sama dengan kerajinan emas yang ditemukan di Sanxingdui. Hal ini menyebabkan beberapa arkeolog percaya bahwa orang-orang dari Sanxingdui mungkin telah pindah ke Jinsha.



Petunjuk geologi dan sejarah

Niannian Fan, seorang peneliti ilmu sungai di Universitas Tsinghua di Chengdu dan rekan-rekannya menduga bahwa mungkin sebuah gempa bumi menyebabkan tanah longsor yang membendung sungai dan menyebabkan alur sungai teralihkan ke Jinsha. Bencana seperti itu dapat mengurangi pasokan air Sanxingdui, dan memicu penduduknya untuk berpindah.

"Lembah di mana Sanxingdui berada, memiliki floodplain besar, dengan 7 kilometer dinding tebing yang tinggi yang sepertinya tidaklah mungkin telah dipotong oleh sungai kecil seperti yang sekarang mengalir melaluinya," kata Fan.

Dan beberapa catatan sejarah mendukung hipotesis mereka. Pada tahun 1099 SM, penulis kuno mencatat sebuah gempa di ibukota dinasti Zhou, di provinsi Shaanxi. Meskipun tempat itu kira-kira terletak sejauh 400 kilometer dari situs bersejarah Sanxingdui, budaya Sanxingdui tidak memiliki catatan tertulis pada saat itu, sehingga mungkin episentrum gempa benar-benar dekat dengan Sanxingdui. 

Bukti geologis juga menunjukkan bahwa gempa bumi di area tersebut antara 3.330 dan 2.200 tahun yang lalu, yang menguatkan dugaan Fan.

Pada waktu yang sama, sedimen geologis memberikan petunjuk terjadinya banjir besar. Dokumen dari masa Dinasti Han, "The Chronicles of the Kings of Shu" mencatat peristiwa banjir kuno yang mengalir dari gunung, di titik dimana aliran sungai berubah arah. Sekitar 800 tahun kemudian, warga Jinsha membangun dinding untuk mencegah banjir.




Sebuah sungai Teralihkan?

Jadi dari dokumen dan bukti geologis di atas disimpulkan bahwa gempa dahsyat memicu longsor yang mengubur sungai, mengubah alirannya, dan mengurangi aliran air menuju Sanxingdui.

Tapi, dimana aliran sungai yang beralih itu? Para arkeolog menemukan petunjuk di area pegunungan yang tinggi, tepatnya di Jurang Yanmen yang dalam dan lebar, di ketinggian 12.460 di atas permukaan air laut.

Jurang tersebut diukir oleh gletser sekitar 12.000 tahun yang lalu. Sungai di zaman modern memotong melaluinya. Namun, tanda-tanda erosi glasial itu (Cekungan berbentuk mangkuk yang dikenal sebagai cirques) secara misterius menghilang. Tim berpendapat, gempa memicu longsoran yang kemudian menyapu beberapa cirques sekitar 3.000 tahun yang lalu.

Pada titik ini, hipotesis tersebut masih sangat spekulatif. Data geologi tambahan diperlukan untuk menopangnya.

Meski dari sisi geologi ada titik terang, namun hipotesis diatas tetap memunculkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan mengenai peradaban yang hilang ini, yaitu "Apa motif orang-orang Sanxingdui menghancurkan seluruh kebudayaan mereka dan menguburnya dalam 2 lubang? Mengapa mereka tidak memunculkan budaya mereka di Jinsha?"

Peradaban Sanxingdui adalah halaman yang unik dalam sejarah panjang Cina dan untuk saat ini masih merupakan misteri.