Beberapa minggu lalu, seorang hacker
Palestina bernama Khalil Shreateh sukses menjebol akun Facebook milik pendiri
jejaring sosial tersebut, Mark Zuckerberg. Khalil meretas akun Zuck untuk
membuktikan telah menemukan bug di Facebook, yang memungkinkan dia mem-post
pesan di wall
pengguna Facebook meski sudah men-setting ke mode privasi.
Apalagi Facebook tak memberikan uang sebagai bentuk 'terima kasih'. Padahal pemberian uang umumnya diberikan perusahaan yang diberikan informasi mengenai celah keamanan di situsnya. Tak hanya itu, Facebook pun punya program bernama "Whitehat system", yang memberikan uang sejumlah US$ 500 sebagai imbalan melaporkan bug.
Aksi pengumpulan dana ini diinisiasi oleh Marc Maiffret, Kepala Teknologi di perusahaan keamanan BeyondTrust. Maiffret melakukan mobilisasi dan menggerakkan para hacker untuk mengumpulkan donasi sebesar US$ 10.000 kepada Khalil.
Saat ini, Maiffret yang tak lulus SMA dan menjadi hacker otodidak itu baru mengumpulkan US$ 9000. Sebanyak US$ 2000 bahkan berasal dari kantong milik Maiifret. Hal ini dilakukan Maiffret karena Facebook dianggap tak bersikap adil kepada Khalil.
"Dia duduk di sana di Palestina, melakukan riset dari laptop yang berusia lima tahun yang sepertinya separuh rusak," ucap Maiifret. "Ini merupakan sesuatu yang bisa membantu untuk memberikan jalan untuknya".
Saat meretas, Khalil sebenarnya sudah memberikan peringatan kepada administrator Facebook. Tapi peringatan terkait adanya celah itu tak dipedulikan dan bug dianggap tak berbahaya.
Menurut tim keamanan Facebook, Matt Jones, Khalil tidak berhak mendapatkan uang karena melanggar ketentuan dengan melanggar privasi orang lain. Ia juga menggunakan real account ketika menyelidiki bug, seharusnya pakai test account.
Dengan mem-post ke akun Zuckerberg, Khalil dianggap telah melanggar ketentuan dan tidak berhak mendapatkan imbalan. Meskipun demikian, Facebook menyambut niat baik Khalil jika ke depannya melaporkan bug lagi. (gal)
EmoticonEmoticon