Suku-suku Indian kuno di Amerika Selatan mengonsumsi yaje sebagai
media mencapai halusinasi, dunia supranatural yang tak terjangkau
secara kasat mata. Pada perkembangannya, candu serta variannya merebak
pemakaiannya di masyarakat.
Bagi awam, ini sebagai 'pelarian' dari pahitnya hidup. Bagi politisi kolonial, candu dipakai jadi alat pembodohan masyarakat sehingga tak sadar mereka dijajah. Bagi seniman, justru fungsinya berbanding lurus dengan dukun indian kuno, yakni menjelajah alam maya untuk menggali inspirasi.
Bagi awam, ini sebagai 'pelarian' dari pahitnya hidup. Bagi politisi kolonial, candu dipakai jadi alat pembodohan masyarakat sehingga tak sadar mereka dijajah. Bagi seniman, justru fungsinya berbanding lurus dengan dukun indian kuno, yakni menjelajah alam maya untuk menggali inspirasi.
Ilustrasi |
Kalian mungkin bisa menemukan lagu-lagu yang enak didengar, walau
sebenarnya mengarah pada gambaran dunia narkoba. Contohnya "Brown Sugar"
milik Rolling Stones, "Marry Jane" milik Spin Doctors dan banyak lagi.
Atau di ranah lokal lagunya Slank "Popies Lane Memory" bisa mewakili.
Keterlibatan seniman dengan narkoba sudah menarik perhatian ilmuwan sejak lama. Dan saya, tak akan bicara soal selebritas yang makin gencar diberitakan terlibat dengan narkoba. Mereka mungkin pekerja di bidang seni...hiburan, walau tak otomatis jadi seniman.
Saya hanya ingin mengungkap hasil penelitian sebuah departemen di Amerika tentang bagaimana media halusinasi ini berpengaruh dalam tubuh seniman.
Keterlibatan seniman dengan narkoba sudah menarik perhatian ilmuwan sejak lama. Dan saya, tak akan bicara soal selebritas yang makin gencar diberitakan terlibat dengan narkoba. Mereka mungkin pekerja di bidang seni...hiburan, walau tak otomatis jadi seniman.
Saya hanya ingin mengungkap hasil penelitian sebuah departemen di Amerika tentang bagaimana media halusinasi ini berpengaruh dalam tubuh seniman.
Pada studi kasus, seorang seniman perupa diberikan LSD 25 pada dosis
tertentu (50 auq) lalu dibiarkan menggambar sesuai khayalannya.
Kita akan melihat bagaimana LSD memberi efek dari waktu ke waktu...
20 menit
Kita akan melihat bagaimana LSD memberi efek dari waktu ke waktu...
20 menit
Sang seniman menggambar menggunakan charcoal. Hasil laporan: masih
normal, belum ada efek berarti. Maka ia diberi dosis ke-2 : 50 auq.
85 menit
85 menit
Efek euphoria mulai terasa. Dilaporkan, sang seniman bisa melihat lebih
jelas, namun susah mengontrol pergerakan pensil. "Sepertinya pensil ini
ingin bergerak terus," ucap sang seniman.
2 jam 32 menit
2 jam 32 menit
"Saya minta kertas lagi. Goresan pada gambar ini baik-baik saja, tapi
kok hasilnya jelek. Coretan pensil saya jadi aneh, ini bukan gambar yang
bagus, ya?" keluh sang seniman.
2 jam 35 menit
2 jam 35 menit
Efek samping LSD semakin bereaksi. Kali ini seniman tersebut malah
menggambar dengan aneh. "Saya akan menggambar dengan satu gaya...
menggores tanpa garis terputus."
2 jam 45 menit
2 jam 45 menit
Sang seniman terlihat gelisah, reaksinya lamban. Kemampuan komunikasi
verbalnya menurun, sering bergumam sendiri dan tak jelas bersenandung
sebuah lagu atau tidak. Anehnya, karya yang diciptakan seperti terlihat
di atas ini, psikedelik... tapi patut diakui, menakjubkan...setidaknya
kalau kamu penggemar abstrak dan surealis.
8 jam
8 jam
Efek LSD mulai hilang, seniman tersebut kembali normal. Goresan lebih
realis, meskipun masih ada distorsi pada figur yang digambarnya. Ia
menggambar dengan antusias yang berkurang. "Saya nggak ada komentar
dengan gambar ini, sepertinya kurang menarik. Saya hanya ingin pulang."
Sumber:
memolition
memolition
EmoticonEmoticon