Ilustrasi satelit ASTRO-H (Hitomi). Kredit: Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) |
JAXA telah mengkonfirmasi bahwa mereka telah kehilangan kontak dengan satelit Hitomi pada hari Sabtu (26/3), komunikasi dengan satelit Hitomi telah terputus saat ini. Dan bahkan setelah membentuk tim darurat untuk mencoba berkomunikasi dengan Hitomi, JAXA mengatakan mereka belum mampu mengetahui keadaan Hitomi saat ini.
Namun, menurut sebuah analisis dari US Joint Space Operations Centre pada 26 Maret 2016, satelit Hitomi tampaknya telah terpisah menjadi lima bagian. Lembaga Antariksa Jepang mengatakan pihaknya akan mengamati satelit Hitomi menggunakan radar di Kamishaibara Space Guard Center (KSGC) dan teleskop di Bisei Space Guard Centre (BSGC), yang keduanya berada di Negeri Sakura.
Sementara JAXA masih berusaha untuk memulihkan komunikasi dengan satelit Hitomi, tidak ada yang mengetahui dengan jelas dalam memahami apa yang menyebabkan Hitomi bisa terpisah menjadi lima bagian.
Ini merupakan sebuah kerugian besar untuk program luar angkasa Jepang, yang meluncurkan satelit Hitomi (juga dikenal sebagai satelit ASTRO-H) 17 Februar 2016. Hitomi adalah satelit yang cukup canggih dengan dilengkapi teleskop sinar-X dan detektor cahaya sinar gamma, serta telah dirancang untuk mempelajari gugus galaksi, lubang hitam supermasif, dan bintang neutron.
Menurut astronom Jonathan McDowell dari Harvard-Smithsonian Centre for Astrophysics, yang bekerja untuk Observatorium Antariksa Chandra, mungkin Hitomi menderita semacam "peristiwa energik", seperti kebocoran gas atau ledakan baterai, yang bisa membuat badannya terpisah-pisah sehingga hilang kontak.
Jika hipotesis ini benar, hal tersebut mungkin membuat antena komunikasi Hitomi tidak menunjuk ke arah yang benar, yang berakibat pada hilangnya komunikasi dengan JAXA. Lebih buruk lagi, jika kontrol atas satelit tidak dapat kembali, panel surya pada satelit Hitomi mungkin tidak dapat mengambil cahaya dari Matahari, yang berarti satelit ini bisa kehilangan seluruh daya sebelum upaya perbaikan selesai dilakukan.
Namun menurut ahli satelit lain, Goh Cher Hiang dari National University of Singapore, peristiwa dramatis seperti ledakan baterai atau kebocoran gas sangat langka terjadi, yang berarti ada juga kemungkinan bahwa faktor eksternal, seperti potongan-potongan kecil dari sampah antariksa mungkin menabrak Hitomi.
Sementara JAXA sedang mencari jawaban dan mencari cara untuk mengembalikan komunikasi dengan satelit Hitomi, tidak semua harapan mereka hilang. JAXA sebelumnya telah kembali berkomunikasi dengan satelit lain yang telah berada di luar angkasa bernama Akatsuki, yang pernah hilang kontak pada tahun 2010.
Ini tidak hanya akan menjadi kerugian bagi Jepang. Satelit Hitomi ini dibangun bersama dengan NASA, Lembaga Antariksa Kanada, dan Agensi Antariksa Eropa, sehingga para ilmuwan dan investor untuk misi ini juga mau tak mau ikut-ikutan rugi.
EmoticonEmoticon