Semesta Paralel Terungkap Dalam Theory of Everything

June 19, 2015
Dalam fisika teori, Teori Segalanya (TOE-Theory of Everything) adalah teori yang dapat menjelaskan dan menyatukan semua interaksi dasar alam dalam satu model tunggal. Awalnya, istilah ini dipakai untuk menyebut teori-teori yang terlalu digeneralisasi. Istilah ini kemudian menjadi cara yang umum untuk menyebut 'cawan suci'-nya fisika. Teori segalanya dalam filsafat akan bertanya: Mengapa kenyataan dapat dipahami?, Mengapa hukum alam seperti itu?, Mengapa ada segalanya?. Ide tentang segalanya adalah jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang hilang, alasan untuk berpikir, dan pemikiran bahwa semua adalah semua, sebagaimana segalanya adalah segalanya. Dan semesta paralel yang terbentuk dari ketiadaan.

Menurut konsep tradisional alam semesta, benda bergerak sepanjang jalur yang tertera jelas dan punya sejarah yang tentu. Namun, tak dapat menerangkan perilaku ajaib yang teramati pada skala keberadaan atom dan sub atom. Untuk itu maka diperlukan kerangka berbeda, bernama fisika kuantum yang terbukti akurat dalam memperkirakan peristiwa skala tersebut.

Sebuah kolaborasi fisikawan dan matematikawan telah membuat langkah signifikan terhadap menyatukan relativitas umum dan mekanika kuantum dengan menjelaskan bagaimana ruang-waktu muncul dari belitan kuantum dalam teori yang lebih mendasar. Kolaborasi ini telah lama mencari Teori Segalanya dimana Relativitas umum menjelaskan gravitasi dan skala besar fenomena seperti dinamika bintang dan galaksi di alam semesta, sedangkan mekanika kuantum menjelaskan fenomena mikroskopis dari sub-atomik dengan skala molekul.




Belitan kuantum adalah fenomena dimana pernyataan kuantum seperti spin atau polarisasi partikel di lokasi yang berbeda tidak dapat dijelaskan secara independen. Mengukur (dan karenanya bertindak atas) satu partikel juga harus bertindak di sisi lain. Hasil karya ilmiah para ilmuwan menunjukkan bahwa belitan kuantum ini menghasilkan teori dimensi ekstra gravitasi. Belitan kuantum berhubungan dengan isu-isu yang mendalam dalam penyatuan relativitas umum dan mekanika kuantum. Contohnya seperti lubang hitam paradoks dan paradoks firewall. Hubungan antara belitan kuantum dan struktur mikroskopis dari ruang-waktu dengan perhitungan yang jelas telah membuka hal baru di dunia sains yang akan terus berkembang dalam mencapai pemenuhan dari Teori Segalanya.

Einstein mengemukakan sebuah teori yang memprediksi bahwa ada banyak sekali alam semesta paralel yang tercipta dari ketiadaan. Melalui hukum-hukum fisika alam semesta tersebut tercipta. Prinsip holografis secara luas dianggap sebagai fitur penting dari suksesi Teori Segalanya. Prinsip ini menyatakan bahwa gravitasi dalam volume tiga dimensi dapat dijelaskan oleh mekanika kuantum pada permukaan dua dimensi sekitar volume. Secara khusus, tiga dimensi volume harus muncul dari dua dimensi permukaan. Namun, pemahaman mekanisme yang tepat untuk munculnya volume dari permukaan telah sulit dipahami.

Bila kita melihat kembali ke belakang dimana gagasan mengenai alam semesta sepenuhnya diatur oleh sosok adikuasa atau dewa-dewi. Seperti masa dewa dewi Yunani, ataupun seperti bangsa Viking yang menganggap bahwa gerhana matahari dan bulan terjadi karena tertangkap dua serigala bernama Skoll dan Heart. Masa dimana keterbatasan pemahaman hukum fisika masih sangat minim dan awam.

Kemudian gagasan dewa dewi pun mulai bergeser dan tergantikan dengan gagasan bahwa alam semesta mengikuti kaidah-kaidah yang konsisten dan bisa dipelajari. Diawali dengan kisah filsuf dari Ionia (salah satu daerah di Yunani) bernama Thales yang dianggap orang yang pertama kali mengembangkan gagasan bahwa dunia bisa dimengerti. Salah satu prestasinya, ia berhasil memprediksi terjadinya gerhana matahari pada 585 SM meski dikabarkan hanya tebakan yang mujur. Kemudian kemunculan ilmuwan-ilmuwan yang berusaha memahami alam dan menghasilkan hukum-hukum fisika seperti Pythagoras dengan dalil Pythagoras, Arkhimedes dengan ketiga hukumnya, Demokritos dengan penjelasan tentang atomisme (sekarang disebut kelembaman). Kemudian Newton yang membuat konsep modern hukum sains yang dapat diterima secara luas dengan tiga hukum gerak dan hukum gravitasinya.

Saat ini ilmuwan telah menemukan bahwa keterikatan kuantum adalah kunci untuk memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul akan keberadaan semesta paralel. Para ilmuwan menggunakan Teori Kuantum dan menunjukkan bagaimana menghitung kepadatan energi, yang merupakan sumber dari interaksi gravitasi dalam tiga dimensi.Ini merupakan analog dalam mendiagnosis kondisi di dalam tubuh Anda dengan melihat gambar X-ray pada lembar dua dimensi. Hal ini memungkinkan mereka untuk menafsirkan sifat universal belitan kuantum sebagai kondisi pada kepadatan energi yang harus dipenuhi oleh setiap teori kuantum yang konsisten gravitasi, tanpa benar-benar eksplisit termasuk gravitasi dalam teori.

Share this

Lahir di Padang, Sumatera Barat pada akhir tahun 1993, blogger rupawan ini lebih dikenal dengan nickname hideatsa. Memiliki kredibilitas yang mumpuni dalam bidang copy-paste. Meskipun tampan, ia juga baik hati dan tidak sombong.

Related Posts